Sarri Dipecat, Juventus Yakin Tunjuk Pelatih Minim Pengalaman di Liga Champions?
TURIN – Maurizio Sarri diberitakan akan terdepak dari jabatan pelatih, jika Juventus disingkirkan Olympique Lyon di babak 16 besar Liga Champions 2019-2020, Sabtu 8 Agustus 2020 dini hari WIB. Menurut laporan The Sun, manajemen Juventus sudah menyiapkan sejumlah nama untuk dijadikan suksesor Sarri yang kini berusia 61 tahun tersebut.
Sebanyak tiga nama pelatih muncul ke permukaan, yakni Mauricio Pochettino, Gian Piero Gasperini (Atalanta) dan Simone Inzaghi (Lazio). Gasperini dan Inzaghi dibidik karena mampu mengangkat performa Atalanta dan Lazio di kompetisi domestik musim ini.
(Pochettino calon pelatih Juventus)
Sementara Pochettino, bukanlah nama baru bagi Juventus. Pada musim panas 2019, Juventus juga tertarik mendatangkan pelatih asal Argentina tersebut. Akan tetapi, Juventus batal mendaratkan Pochettino karena memiliki klausul lepas bersama Tottenham Hotspur mencapai 40 juta pounds (Rp768,2 miliar).
Sekarang, Juventus bebas bernegosiasi dengan Pochettino, mengingat eks pelatih Southampton itu tidak terikat kontrak dengan klub mana pun, setelah dipecat Tottenham pada November 2019. Sekarang yang jadi pertanyaan, manajemen Juventus yakin menunjuk salah satu dari tiga nama di atas?
Sekadar informasi, bukan rahasia umum Juventus bertekad memenangkan trofi Liga Champions, gelar yang terakhir kali mereka menangkan pada 1995-1996. Untuk menjadi juara Liga Champions, Juventus membutuhkan pelatih yang berpengalaman mengangkat trofi si Kuping Besar.
Sayangnya, tiga pelatih di atas sama sekali belum pernah meraih trofi Liga Champions. Pencapaian terbaik Pochettino hanya finis di posisi runner-up Liga Champions 2018-2019 bareng Tottenham. Sementara Gasperini, kiprah perdananya di Liga Champions mengantarkan Atalanta lolos ke perempatfinal.
BACA JUGA: Kalah dari Lyon di Liga Champions, Juventus Langsung Pecat Sarri
Inzaghi? Lebih parah lagi. Ia belum pernah membawa Lazio maupun klub mana pun mentas di Liga Champions. Bukan tak mungkin, kegagalan Juventus menjadi kampiun Liga Champions (meski juara Liga Italia sembilan musim beruntun) karena ditangani pelatih yang tak pernah meraih trofi si Kuping Besar, dalam kapasitasnya sebagai pelatih.
