MALANG - Arema FC sudah mulai latihan jelang Piala Presiden 2025 meski tanpa pelatih kepala, Jose Manuel Gomes da Silva. Hal tersebut membuat banyak fans Arema bertanya-tanya, apakah pihak klub telah memecat pelatih yang akrab disapa Ze Gomes tersebut?
Arema FC memang sudah memulai latihannya sejak Senin 16 Juni 2025 lalu di Lapangan Universitas Brawijaya, di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Bahkan tercatat sudah beberapa hari berlatih belum diketahui nasib dari Ze Gomes, yang melatih Arema FC sejak paruh musim lalu.
Latihan ini justru dipimpin oleh Asisten Pelatih, Kuncoro bersama Siswanto, Galih Firmansyah. Bahkan pelatih kiper Arema FC asal Portugal, Tiago Simoes tampak ikut membimbing latihan kiper-kiper muda Arema FC.
"Kita tidak memberikan komentar (nasib Ze Gomes), yang pasti nanti pelatih kepala datang tanggal 20 (Juni 2025). Karena keputusan sepenuhnya ada di manajemen (Arema FC)," kata Kuncoro, dikutip Kamis (19/6/2025).
Kuncoro mengungkapkan, jika ia mendapat banyak pengalaman baru saat mendampingi Ze Gomes selama setengah musim. Menurutnya, pengalaman Gomes sebagai pemain profesional memberinya kelebihan tersendiri selama melatih Arema FC.
Kuncoro merasa pelatih yang merupakan mantan pemain profesional, bisa mengerti bagaimana kondisi di atas lapangan karena juga pernah ada di sana. Sehingga mengerti kondisi pemain dan menentukan strategi yang jitu.
"Banyak contohnya mantan pemain profesional yang sukses menjadi pelatih seperti Pep Guardiola, Zinedine Zidane, Mikel Arteta dan lainnya. Meskipun ada juga yang bukan mantan pemain tapi sukses sebagai pelatih seperti Mourinho, tapi kesuksesannya tidak bertahan lama. Karena sepak bola itu kompleks dan tidak bisa dipelajari hanya dari kursus," ujarnya.
Ze Gomes sendiri ditunjuk sebagai Pelatih Arema FC sejak 4 Januari 2025 atau pada paruh musim Liga 1 Musim 2024/2025. Ia telah memimpin 17 pertandingan Arema FC dengan catatan 5 kali menang, 4 kali imbang dan 8 kali kalah.
Namun, catatan kurang bagus ini lebih karena Gomes datang di tengah-tengah kompetisi. Sehingga ia tidak memiliki banyak waktu beradaptasi dengan sepak bola Indonesia yang baru ia kenal. Ia bahkan tidak bisa memilih pemainnya sendiri.
(Rivan Nasri Rachman)
