BANDUNG - Nama Risnandar Soendoro kini hanya jadi cerita. Ia berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa pada Kamis 3 Maret setelah sempat bergelut dengan penyakit maag kronis.
Risnandar sendiri mendapat pengakuan sebagai legenda Persib Bandung dan timnas. Bermain di era 1970-an, kemampuan sebagai pemain bertahan yang tangguh membuat Risnandar mendapat julukan Franz Beckenbauer Asia.
Risnandar tak banyak bicara saat bermain. Tapi hal itu ditutup dengan penampilan apiknya mematahkan serangan lawan.
"Beliau kalau main enggak banyak bicara di lapangan. Tipikal beliau main sama seperti Beckenbauer, itu kenapa dia mendapat julukan tersebut," kata Giantoro, adik Risnandar, saat ditemui di rumah duka di kawasan Awiligar, Kota Bandung.
Dalam hati publik pencinta sepakbola di Jawa Barat, nama Risnandar punya tempat tersendiri. Sebab ia jadi bagian penting Persib pada 1970-an.
"Bahkan tidak hanya di Jawa Barat, nama Risnandar akan dikenal oleh publik pencinta sepakbola di Indonesia," ungkapnya.
Giantoro mengatakan, cita-cita Risnandar sudah terpenuhi dalam dunia sepakbola. Sebab ia sudah pernah jadi bagian penting Persib dan timnas. Ia pun sempat menjadi pelatih Persib.
Sebagai pemain, Risnandar memang tidak pernah membawa Persib juara. Tapi ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Indonesia pada kompetisi musim 1973.
Sementara sebagai pelatih, Risnandar punya catatan manis yaitu mengantar Persib kembali naik kasta ke Divisi Utama pada 1983. Risnandar juga sempat menukangi Persib pada kompetisi musim 1995/1995 dan 2006, tapi karirnya saat itu tidak berbuah manis.
Meski begitu, nama Risnandar tetap identik sebagai bagian sejarah Persib. Di luar itu, ia tercatat sebagai pembina di SSB UNI yang dulunya merupakan klub internal Persib. Ia juga aktif di PSSI Kota Bandung sebagai pengurus.
"Mimpi beliau di dunia sepakbola sudah terwujud semua. Beliau ingin main di Persib hingga timnas, semua sudah dijalani. Jadi pelatih juga sudah," tandas Giantoro.
(Daniel Setiawan)