Namun, sudah waktunya kembali ke Indonesia. Erick menyinggung tentang tragedi Kanjuruhan yang memakan korban hingga 135 jiwa. Dia pun menyinggung tentang adanya tangan-tangan kotor dalam sepakbola Indonesia yang berputar layaknya lingkaran setan.
“Jadi saya bukan orang baru. Tapi memang saya bukan menjadi figur yang di depan karena saya merasa, ya memang belum waktunya mungkin. Tapi dengan peristiwa Kanjuruhan, jadi hal yang pukulan besar buat bangsa Indonesia, bukan hanya olahraga Indonesia,” tambah Erick Thohirnya
“Karena itu saya coba memberanikan diri, kalau memang ini terbuka, ayo perbaiki sama sama. Seperti yang saya bilang, tangan-tangan kotor di sepakbola harus bisa dilawan, karena ini seperti lingkaran setan, yang akhirnya dirugikan kita semua,” tandasnya.
Namun, tak sekadar menuduh, Erick bersedia untuk mendengar segala masalah sepakbola Indonesia dari berbagai pihak. Setelah diketahui duduk permasalahannya, maka pembenahan baru bisa dilaksanakan.
“Karena itu kembali, daripada menuduh, saya ingin mendengar. Makannya saya mengadakan road show, ketemu voters-voters. Dan kalau nanti terpilih, yang utama sarasehan sepakbola Indonesia. Itu dulu, baru bisa bikin blue print. Karena ini bukan blue print Erick Thohir, ini blue print sepakbola Indonesia. Itu yang saya harapkan,” pungkas pria kelahiran Jakarta 30 Mei 1970 tersebut.
(Reinaldy Darius)
