“Mereka tidak protes karena setahu mereka di luar negeri memang tidak ada yang namanya DP ini. Hanya saja, bagi mereka yang berpengalaman bekerja di Indonesia, kecenderungannya memang minta DP, karena sudah tahu kebiasaan ini,” tuturnya.
Ruddy mengungkapakn Arema FC pernah rugi saat memakai sistem kontrak dengan DP. ketika mengontrak pelatih asal Austria, Wolfgang Pikal di Indonesia Super League (ISL) 2011-2012.
“Hitungannya rugi, seperti kasus Wolfgang Pikal, misal kontraknya 500 juta, Arema bayar DP 125 juta (25%), dan gajinya 31 juta per bulan,” ujarnya.
“Begitu dua bulan, karena prestasinya jelek, kita putus kontrak, Arema masih harus mengeluarkan dua kali nilai gaji sebagai pesangon. Totalnya, 125 juta tambah 124 juta (gaji 2 bulan dan pesangon), cuma buat dua bulan masa kerja, kan rugi,” pungkas Ruddy.
(Ramdani Bur)