"Penalti Tanpa Pelanggaran!"

Arpan Rachman, Jurnalis
Jum'at 10 Mei 2013 05:20 WIB
Logo Indonesia Premier League (IPL). (Foto: Ligaprima.co.id)
Share :

MAKASSAR - Malang benar nasib wasit sepakbola Indonesia. Setelah dalam beberapa pertandingan terjadi insiden penganiayaan atas mereka, giliran pelatih asing satu demi satu melecehkan korps baju hitam.
 
Bukan hanya menghardik atau menyerbu ke dalam lapangan buat mempertontonkan ulah brutal. Pelatih seperti Roberto Bianchi misalnya juga ternyata berusaha memprovokasi para pemain sepakbola dalam kompetisi nasional untuk melakukan kekerasan secara fisik kepada pemimpin pertandingan ini.
 
Kejadian kotor itu bisa disaksikan tatkala PSM Makassar berhadapan dengan Produta FC di Stadion Mattoanging, Makassar dalam lanjutan Indonesia Premier League (IPL) 2013-14, Rabu (8/5/2013) malam lalu.
 
Bersikeras tidak mau terima timnya dihukum tendangan penalti, pelatih Roberto Bianchi sontak berlari kesetanan masuk ke tengah lapangan. Dia kemudian mencaci-maki wasit Daryanto tepat di depan muka para pemain dari kedua kesebelasan.
 
Awalnya, tak ada seorang pun yang mampu menghentikan tingkah tidak beradab Bianchi. Sampai wasit Daryanto sendiri yang mampu melawannya dengan menunjukkan otoritasnya di atas lapangan. Secara tegas, diusirnya pelatih itu keluar lapangan.
 
“Kami bukan bermain basket, tidak ada itu bola kena tangan. Tadi tidak ada hand ball sama sekali. Bola kena dada bukan kena tangan,” sembur Bianchi kepada wartawan usai pertandingan di mana timnya kalah 0-2.
 
“Tapi kami sudah tahu itu akan terjadi. Kami siapkan mental untuk ini memang. Saya sudah bicara sama pemain saya. Banyak kesalahan yang dibuat wasit waktu lawan Semen Padang. Pasti kita akan jadi korban malam ini,” sambungnya dengan nada provokatif.
 
“Sebelumnya sudah ada tekanan dari wasit, dari televisi, dan dari pelatih tuan rumah yang bicara tentang penalti yang tidak diberikan wasit waktu (mereka) lawan Semen Padang. Itu hak dia. Tapi kami tahu ini akan terjadi. Penalti tanpa pelanggaran,” keluh pelatih asal Italia ini.
 
Bianchi mengaku tim yang dilatihnya relatif berusia muda. Tapi kualitas kesebelasan berjuluk Kuda Pegasus itu masih di atas PSM karena mereka merasa menunjukkan permainan lebih baik.
 
“Kami datang ke Makassar untuk main sepakbola. Kalau kami ketemu lagi dengan tim seperti ini, jujur saja, dengan semua hal seperti ini saya sudah capek di Indonesia. Kami datang ke negara ini untuk mau bekerja serius, tapi di sini tidak bisa kerja serius sama sekali di dalam sepakbola Indonesia ini.
 
Ketika ditanya mengapa dia sering melewati garis di pinggir lapangan, padahal ulahnya itu melanggar aturan, Bianchi berkilah bahwa pelatih Petar Segrt dari PSM pun melakukan hal yang sama.
 
“Kenapa pelatih tuan rumah bisa keluar, kita tidak bisa? Pelatih PSM juga bisa keluar dari kotaknya. Pelatih PSM berbuat demikian, kita juga bisa. Karena pelatih PSM berbuat hal demikian, mengapa kami tidak boleh?” Bianchi balik bertanya.
 
Perbuatan melanggar aturan yang dipertontonkan pelatih seperti Bianchi sering kali memicu terjadinya malapetaka kekerasan terhadap wasit. Sosok pelatih yang seharusnya memberi contoh terbaiknya kepada para pemain ternyata bisa juga bersikap tidak peduli dan melanggar aturan.
 
Bianchi dari Produta FC jelas merupakan salah satu pelatih asing yang berniat merusak wibawa pemimpin pertandingan dalam sepakbola nasional Indonesia.
 
Follow @bola_okezone untuk mendapatkan info seputar sepakbola

(Aditya Putra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Bola lainnya