KISAH Ragnar Oratmangoen menarik untuk diulas. Sebab, striker Timnas Indonesia ini sempat kesulitan di era Shin Tae-yong.
Selepas Shin tak lagi melatih Timnas Indonesia, Ragnar tidak lagi menutupi kekurangan mantan bosnya. Baginya, bekerja sama dengan pelatih asal Korea Selatan itu merupakan salah satu pengalaman uniknya sepanjang kariernya di dunia si kulit bundar.
Shin jadi pelatih dari Benua Asia pertama yang melatih Ragnar. Sebelumnya, ia selalu diasuh oleh pelatih-pelatih asal Eropa saat bermain di klub-klub Belanda.
Namun, ada satu hal yang menjadi tantangan terberat saat Ragnar diasuh oleh Shin yakni faktor bahasa. Sebagaimana diketahui, juru taktik berusia 54 tahun itu hanya bisa berbahasa Korea Selatan.
Ragnar mengungkapkan jika coach Shin memberikan instruksi kepada para pemainnya dalam Bahasa Korea. Lalu, perintah itu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh asistennya.
Namun, sebagai pemain yang baru bergabung dan belum fasih dalam berbahasa Indonesia, Ragnar masih kesulitan dalam memahami pesan dari sang pelatih. Hal itu jelas menyulitkan.
"Pada awal tentu sulit karena dia (Shin Tae-yong) tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Penerjemah pun menerjemahkannya ke Indonesia, saya pun belum mengerti bahasa," ujar Ragnar dalam konten YouTube Sport 77.
Masalah dalam komunikasi sedikit teratasi dengan adanya ahli penerjemah tambahan yang mampu menerjemahkan instruksi dari coach Shin ke dalam Bahasa Inggris. Hal itu sedikit membantu.
"Kami diberi penerjemah lainnya, pelatih yang berbahasa Inggris. Sangat sulit (awalnya). Saya tidak mengerti apa yang dimaksud," lanjut pemain berusia 27 tahun itu.
Tak hanya kendala bahasa, Ragnar juga perlu menyesuaikan diri dengan kultur sepakbola Asia. Baginya, perbedaan itu cukup besar dibandingkan dengan Eropa.
Menurut eks pemain FC Groningen tersebut gaya permainan di Asia lebih menekankan pada kerja keras dan intensitas fisik. Termasuk, pemain ahrus berlari lebih banyak ketika di lapangan.
"Tapi seperti yang bilang, di Asia kita lebih mementingkan kerja keras (banyak lari). Itu juga adaptasi yang saya rasakan," jelas pemain keturunan Maluku dari jalur kakek itu.
Meski demikian, Ragnar tetap memberikan apresiasi terhadap gaya kepelatihan Shin. Ia menganggap hal itu sebagai pelajaran baru dalam kariernya.
Itulah kisah Ragnar Oratmangoen, striker Timnas Indonesia yang sempat kesulitan di era Shin Tae-yong. Semoga informasi ini berguna untuk pembaca sekalian.
(Wikanto Arungbudoyo)