Bung Towel menilai sejauh ini kualitas pemain naturalisasi belum benar-benar memberikan performa optimal kepada Timnas Indonesia. Hasilnya terlihat jelas di dua laga awal Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Rafael Struick dan kawan-kawan belum sanggup memberikan kemenangan bagi Timnas Indonesia.
(Rafael Struick (kanan) bersama Shin Tae-yong. (Foto: PSSI)
“Kalau Shayne Pattynama di atas Pratama Arhan, kenapa Shayne Pattynama diganti saat menghadapi Filipina? Artinya 50:50. Ketika Timnas Indonesia butuh tampil lebih menyerang, akhirnya Pratama Arhan yang dimasukkan,” kata Bung Towel, Okezone mengutip dari channel YouTube Sportify Indonesia, Rabu (29/11/2023).
“Marc Klok tidak tergantikan di lini tengah, namun saat menghadapi Filipina , giliran Sandy Walsh yang dimainkan di tengah. Tapi, Sandy Walsh cuma main 30 menit sehingga enggak mutlak keunggulan itu,” lanjut Bung Towel.
“Selanjutnya Rafael Struick enggak kelihatan seperti Lewandowski yang sangat jomplang. Dengan Ramadhan Sananta juga enggak terlalu jauh juga kualitasnya. Jadi stop membeda-bedakan, memuja setinggi langit naturalisasi, normalkan situasinya. Ini atmosfer enggak bener. Ini atmosfer sepakbola, udara sepakbola entah itu netizen atau siapa pun yang bikin itu enggak sehat. Kita seolah-olah dibuat pro ke sana dan ke sini,” tegas Bung Towel.
Satu hal yang pasti, pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong juga sempat mencairkan suasana. Jelang laga Timnas Indonesia vs Brunei Darussalam pada Oktober 2023, Shin Tare-yong meminta netizen untuk tidak membedakan pemain lokal dan naturalisasi.
“Tolong jangan beda-bedakan antara pemain lokal dan pemain naturalisasi, memang tim punya taktik sendiri jadi tolong hargai saja,” kata Shin Tae-yong saat itu.
(Ramdani Bur)