MALANG – Museum dan monumen khusus akan dibangun untuk mengenang korban Tragedi Kanjuruhan. Hal itu tampak ketika proses renovasi Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, berangsur rampung.
Secara desain arsitek tak ada perubahan yang dilakukan secara signifikan oleh PT Waskita Karya, selaku kontraktor pengerjaan proyek renovasi. Tapi ada satu sisi stadion yang tak disentuh, yakni Pintu 13.
Project Manager Renovasi Stadion Kanjuruhan, Vino Teguh Pramudya mengungkapkan, sesuai kesepakatan dan koordinasi dengan keluarga korban serta Pemkab Malang, ruang di pintu 13 itu akan dikosongkan. Pihaknya sudah memberikan ruang fungsi pada konstruksi di sekitar area itu.
"Diputuskan akan memberi ruang fungsi untuk yayasan. Kalau dari yayasan maunya digunakan untuk museum, kami mempersilakan," kata Vino, dikutip Minggu (29/9/2024).
Menurutnya, museum ini nantinya akan dibangun dan dikelola oleh keluarga korban bekerja sama dengan Pemkab Malang. Pihaknya hanya menyediakan akses ruangannya dan memperkuat sekitar pintu 13 sesuai kesepakatan.
"Kami dari penyedia jasanya cuma memberikan tata ruang fungsi juga tidak melewatkan ada proses perkuatan di seluruh area stadion, termasuk di pintu 13," terang Vino.
Diakui Vino, ada beberapa titik yang tidak dilaksanakan perkuatan atau renovasi. Salah satunya di bagian tangga pintu 13 yang dibiarkan sebagaimana sebelumnya. Hal ini disebut sebagai bagian mengenang para korban termasuk menjadi pengingat sejarah.
"(Tidak membongkar tangga dan beberapa titik di pintu 13) Jadi memang sudah keputusannya perkuatan itu di area gate 13 tidak dilakukan karena kami untuk menjaga ke originalitas dari gate 13," tutur Vino.
Selain museum yang ruangannya sudah disiapkan PT Waskita Karya, pihaknya juga menyiapkan monumen lengkap dengan 135 nama korban meninggal dunia. Monumen ini disebut sudah didesain oleh kontraktor, meski belum dipaparkan ke keluarga korban, Pemkab Malang, dan Polres Malang.
"Tapi desain sudah matang 90 persen. (Desainnya) Mungkin nanti ada tiga pilar pipih, kemudian ada kolam yang mengelilingi pilar tersebut. Terus ada konsep surai dari singa, terus nanti samping pilar ada diorama cerita terjadinya Tragedi Kanjuruhan, mau pun monumen ini dibuat," jelasnya.
"Bukan sekedar monumen saja, tapi semua warga atau penonton itu bisa me-recall, atau mengenang proses sampai terjadinya monumen ini dibuat," tandasnya.
Di monumen itu juga disebut Vino dijadikan tempat keluarga korban untuk berdoa mengenang tragedi memilukan itu. Tapi, desain monumen ini disebut belum dipresentasikan ke keluarga korban dan beberapa pihak lain.
"Desain kami sudah ada, tapi perlu kami lakukan kesepakatan dengan pihak kepolisian, yayasan, keluarga korban, dan Kementerian PUPR, kalau kita sepakati akan kita bagikan desainnya, tapi mohon maaf saat ini belum bisa kami bagikan," tandasnya.
Tragedi Kanjuruhan itu terjadi pada Sabtu 1 Oktober 2022 malam WIB usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya. Sebanyak 135 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka.
Pintu 13 menjadi salah satu lokasi di mana para korban tragedi Kanjuruhan Malang meregang nyawa pada malam memilukan tersebut. Di pintu ini terdapat tangga curam dengan ruangan yang sempit.
Kepanikan akibat tembakan gas air mata ke tribun sebelah selatan, membuat penonton panik menyelamatkan diri, hingga berebut keluar stadion. Akses yang sempit itu menjadi awal petaka karena mengakibatkan puluhan orang tewas terinjak-injak.
(Wikanto Arungbudoyo)