KELUARGA korban tragedi Kanjuruhan Malang terus mencari keadilan dan menolak pembongkaran Stadion Kanjuruhan Malang. Kali ini keluarga korban menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan legislatif Kabupaten Malang, pada Rabu siang (12/7/2023) di Gedung DPRD Kabupaten Malang.
Ekspresi rasa sedih dan trauma masih terlihat di wajah para orangtua dan keluarga korban tragedi Kanjuruhan, usai 9 bulan tragedi kemanusiaan yang menewaskan 135 nyawa.
Bambang Rismoyo, ayah dari anak korban meninggal Tragedi Kanjuruhan mengatakan, nasib keluarga korban selama sembilan bulan masih terkatung-katung tanpa kejelasan. Bahkan proses penegakan hukum pun belum juga sepenuhnya selesai dan memberi keadilan bagi keluarga korban.
"9 bulan terkatung-katung ibarat perahu tanpa nahkoda. Ingin mencari keadilan hukum yang mencabut nyawa anak kami. Sampai saat ini penegak hukum tidak merespons," ucap Bambang Rismoyo, warga Turen.
BACA JUGA:
Ia pribadi sebenarnya telah ikhlas merelakan kepergian anaknya bernama Putri Lestari, tetapi untuk penyebab kematiannya dirinya ingin memastikan keadilan bagi anaknya. Apalagi ini ditambah dengan isu renovasi Stadion Kanjuruhan Malang yang terus berlanjut, kendati keadilan belum ditemukan oleh para keluarganya.
"Alat bukti belum dijamah sama sekali untuk penegakan hukum, itu alat bukti, kok direnovasi, itu di (Stadion) Kanjuruhan mutlak merenggut nyawa. Tolong bapak-bapak ibu-ibu anggota DPRD, tolong bantu kita, kita mau ke mana, sebagai wakil kami kita rakyat menderita lahir juga batin," terangnya.
Hal serupa diungkapkan, Isatun Saadah yang mengaku keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Ia mengatakan sebenarnya tak keberatan bila ada renovasi Stadion Kanjuruhan. Tetapi renovasi harus dilakukan setelah proses hukum seluruhnya selesai dan keluarga korban mendapat keadilan.