Jika sudah di level profesional, sebetulnya pemain sepakbola adalah lebih dari seorang atlet yang datang ke lapangan untuk melakukan aksi olahraga dan berkompetisi demi kemenangan. Mereka menjadi layaknya artis yang digandrungi banyak penggemar dan tiap gerak-geriknya sulit luput dari perhatian publik.
(Phil Jones saat bermain di Manchester United era kepelatihan Jose Mourinho)
Selain itu, perasaan seorang pemain tidak sesederhana senang jika menang dan sedih jika kalah, masih banyak hal-hal lain yang bisa menentukan perasaan pesepakbola, seperti baik buruknya performa, cemoohan dan dukungan para fans, komunikasi dengan rekan setim, dan lain-lain.
Kesehatan mental menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan bagi para pesepakbola. Mereka bukanlah robot yang di-setting untuk bermain bagus setiap saat, yang bisa diservis apabila mengalami kerusakan dan bisa di-upgrade begitu saja apabila dirasa kurang.
Mereka juga merupakan manusia biasa. Selain fisik, emosi dan perasaan juga mereka miliki dan dapat menentukan kualitas perfmorma mereka di lapangan.
Layaknya pengisi acara, pesepakbola juga tak jarang mengalami demam panggung. Belum lagi diteriaki “booo”, sampai yang paling parah adalah penghinaan latar belakang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pertandingan.
Ambil contoh stadion terbesar yang ada di Indonesia, Gelora Bung Karno. Stadion yang kerap disebut GBK itu memiliki kapasitas 77.193 kursi.

(Penampakan Stadion Utama Gelora Bung Karno)
Bayangkan Anda adalah seorang pemain sepakbola yang harus bermain di sana, lalu, tidak sengaja menceploskan bola ke gawang sendiri. Kemudian, Anda mencoba merasakan atmosfer yang terjadi di sana.
Akan ada banyak reaksi yang timbul akibat aksi blunder yang Anda buat. Mulai dari cacian, tawa penghinaan hingga tangis dari pendukung berat Anda yang sudah jauh-jauh bertandang ke Jakarta. Terlebih, kejadian seperti itu biasanya akan tinggal lama di memori para penonton, berikut disertai dengan cemoohan.
Bagi orang yang punya mental kurang kukuh, kejadian seperti itu bisa berujung pada trauma dan menurunnya kepercayaan diri. Dengan begitu, performa buruk di laga-laga ke depan boleh jadi merupakan salah satu dampaknya.
Jadi, kesehatan mental juga punya andil besar bagi para pemain sepak bola dan tidak kalah penting dengan kesehatan fisik.
Memang, badan mereka terlihat begitu fit, semringah tiap kali merayakan gol, dan murah tersenyum untuk para fans. Tapi di hati yang paling dalam, apakah mereka jujur atas apa yang mereka ekspesikan?
Bagaimana dengan masalah keluarga? masalah gaji? konflik dengan rekan? rasa takut akan cedera? hinaan dari penonton? hal-hal seperti inilah yang bisa memperburuk kesehatan mental pemain, yang juga bisa menyebabkan badan mereka di lapangan tetapi pikiran melayang entah ke mana.