JAKARTA - Shahar Ginanjar berharap PSSI memberi sanksi tegas kepada Kalteng Putra. Sebab, klub tersebut sudah menunggak gaji pemain selama 2-3 bulan terakhir.
Kondisi itu membuat para pemain kompak untuk mogok bermain dan curhat di sosial media. Namun, manajemen justru melaporkan curhatan pemain di media sosial ke pihak polisi dengan landasan Undang-undang ITE.
Shahar mengatakan PSSI harus bertindak dengan adanya persoalan tersebut. Hal itu agar tidak ada kejadian-kejadian yang sama ke depannya.
"Harapan saya semoga PSSI bisa menindak klubnya yang sudah melanggar aturan. Kami juga sebagai pemain, sebagai pelaku utama dalam sepakbola ini, tidak menginginkan adanya hal seperti ini," kata Shahar dalam konferensi pers, dikutip pada Sabtu (3/2/2024).
Mantan pemain Persija Jakarta itu mengatakan, sebenarnya para pemain sudah melakukan pendekatan dengan manajemen untuk mencari solusi atas persoalan tersebut. Namun, tidak ada ada titik temu hingga akhirnya pemain bersuara di media sosial.
"Kami sudah melakukan sesuai prosedur untuk melakukan penagihan hak kita sebagai pemain, tetapi mereka yang selalu mangkir dan mereka yang tidak berkomunikasi dengan baik dengan kami," kata Shahar.
"Akhirnya, kami menjalankan suatu demokratis ini seperti unggahan di Instagram," tukas kiper berusia 33 tahun tersebut.
Shahar berharap para pemain pun terhindar sanksi Komite Disiplin PSSI (Komdis PSSI) karena mogok bertanding. Mereka tidak mau bermain pada laga melawan PSCS Cilacap dalam play-off degradasi Liga 2 2023-2024, pada 27 Januari.
"Saya berharap Komdis PSSI bisa lebih adil, bisa lihat dari sudut pemain itu tidak bisa melaksanakan pertandingan. Bukan serta merta kita mogok itu ada ujuk-ujuk melakukan itu, tapi itu semua ada alasan. Alasan semua dari pemain sudah kita sampaikan ke Komdis PSSI," terang Shahar.
"Semoga Komdis PSSI bisa mendengar apa yang pemain ceritakan, jangan hanya menyaring dari pihak klubnya saja," tandas pemain kelahiran Purwakarta itu.
(Wikanto Arungbudoyo)