KISAH sedih pemain naturalisasi asal Maroko di Liga Indonesia yang sempat nganggur hingga main tarkam menarik untuk dibahas. Pemain yang dimaksud adalah Khairallah Abdelkbir.
Namanya turut disorot oleh publik di tengah pemberitaan mengenai kesuksesan Timnas Maroko di Piala Dunia 2022. Tim berjuluk Singa Atlas tersebut berhasil melaju ke babak semifinal Piala Dunia 2022 dan akan dihadapkan dengan Prancis pada Kamis 15 Desember 2022 pukul 02.00 WIB.
Sosok Khairallah Abdelkbir tentu menarik untuk disimak. Penasaran bagaimana cerita lengkapnya?
Berikut Kisah Sedih Pemain Naturalisasi Asal Maroko di Liga Indonesia yang Sempat Nganggur Hingga Main Tarkam
Pemain berusia 39 tahun yang kerap disapa Abdel ini pertama kali menjajakan kaki di Indonesia untuk bermain sepakbola pada 2016. Kala itu, Abdel masuk ke dalam skuad Bhayangkara Surabaya United (SU) pada kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016.
Sayangnya, di tahun selanjutnya Abdel tidak memperpanjang kontraknya sehingga ia berstatus tanpa klub di Liga 1. Di masa-masa tersebut, pemain kelahiran Casablanca, Maroko, ini lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pemain sepakbola di turnamen antar kampung (tarkam).
Kala itu, pemain yang dulunya memperkuat Wydad Fes ini juga menikahi seorang gadis Indonesia dan menetap di Surabaya, Jawa Timur.
Setelah beberapa lama tidak memiliki klub resmi yang dibela, Khairallah Abdelkbir akhirnya kembali bermain di turnamen profesional Liga 2 bersama Persis Solo setelah dirinya dinaturalisasi pada Maret 2021.
Namun, saat menjadi eunggawa Laskar Sambernyawa itu, tim pelatih tidak memberikan banyak waktu bermain untuk Abdel. Abdel juga tidak bisa memberikan kontribusi yang memuaskan kepada Persis Solo.
Akhirnya, di November 2021 Abdel hengkang dan bergabung bersama Sriwijaya FC di Liga 2. Umur kariernya bersama Sriwijaya FC pun tak lama. Abdel kembali keluar klub dan bergabung bersama PSDS Deli Serdang pada 2022 dan saat ini Abdel tergabung bersama Persekat Tegal di Liga 2.
Demikian Kisah Sedih Pemain Naturalisasi Asal Maroko di Liga Indonesia yang sempat nganggur hingga Main Tarkam.
(Rivan Nasri Rachman)
