TURIN – Diskriminatif. Satu kata disiratkan Andrea Pirlo jika sudah bicara soal trofi individu dengan gengsi tertinggi – Ballon d’Or. Pemilihan pemenang trofi bola emas itu dianggap “pandang bulu”, selalu segregatif.
Para pemain macam Xavi Hernández, Andrés Iniesta atau Pirlo, takkan pernah bisa memenangi voting pemilihan raja sepakbola dunia itu.
Sang pemenang, selalu datang dari para pemain yang selalu jadi pembeda dan terutama punya rekening “gendut” dengan kumpulan saldo gol di dalamnya.
Sementara Xavi, Iniesta maupun Pirlo seperti yang dialaminya pada pemilihan Ballon d’Or 2007, harus puas hanya jadi finalis – sementara kala itu rekan setimnya semasa di AC Milan, Ricardo Kaká yang membawa pulang trofi.