Langkah FIFA ini menunjukkan komitmen untuk mengutamakan identitas kompetisi dan kampanye sosial mereka, di atas kepentingan komersial klub di area vital jersey. Ini bukan kali pertama seragam tanding menuai perhatian atau bahkan larangan.
Sebelumnya, ada beberapa insiden terkait desain atau penempatan sponsor yang kontroversial, seperti seragam rompi dan "onesie" milik Kamerun. Timnas Kamerun dua kali tak bisa memakai jerseynya karena melanggar aturan lengan tersebut.
Lalu FIFA juga pernah melarang jersey Barcelona dari Nike yang dianggap mirip Real Madrid. Kasus lainnya, jersey Timnas China pada 2018 karena intervensei pemerintah dan tak diketahui alasannya apa.
Selain itu, ada juga jersey Fiorentina 1992 dengan motif "swastika", hingga seragam Belgia yang dianggap "terlalu warna-warni" atau berlogo "LOVE".
(Rivan Nasri Rachman)