Tak hanya kendala bahasa, Ragnar juga perlu menyesuaikan diri dengan kultur sepakbola Asia. Baginya, perbedaan itu cukup besar dibandingkan dengan Eropa.
Menurut eks pemain FC Groningen tersebut gaya permainan di Asia lebih menekankan pada kerja keras dan intensitas fisik. Termasuk, pemain ahrus berlari lebih banyak ketika di lapangan.
"Tapi seperti yang bilang, di Asia kita lebih mementingkan kerja keras (banyak lari). Itu juga adaptasi yang saya rasakan," jelas pemain keturunan Maluku dari jalur kakek itu.
Meski demikian, Ragnar tetap memberikan apresiasi terhadap gaya kepelatihan Shin. Ia menganggap hal itu sebagai pelajaran baru dalam kariernya.
Itulah kisah Ragnar Oratmangoen, striker Timnas Indonesia yang sempat kesulitan di era Shin Tae-yong. Semoga informasi ini berguna untuk pembaca sekalian.
(Wikanto Arungbudoyo)