MALANG – Bupati Malang, Sanusi, angkat bicara soal renovasi Stadion Kanjuruhan di Malang. Ditegaskan pemerintah, Stadion Kanjuruhan bukanlah milik Arema FC. Hal ini untuk menjawab keresahan sebagian keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang menganggap Arema FC mendapat keistimewaan dari proses renovasi stadion ini.
"Stadion Kanjuruhan bukan milik Arema FC, tapi merupakan milik Pemkab Malang dan warga Kabupaten Malang," tegas Sanusi, Bupati Malang, menjawab kritikan keluarga korban Kanjuruhan, dalam diskusi di Aula Polres Malang, Selasa 28 Mei 2024.
(Keluarga korban tragedi Kanjuruhan bertemu manajemen Arema FC. Foto: Avirista Midaada/MNC Portal Indonesia)
Bagi Sanusi, pembangunan stadion itu menggunakan uang dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang dialokasikan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Renovasi Stadion Kanjuruhan sendiri dikerjakan oleh PT Waskita Karya, selaku pemenang tender proyek.
"Jadi siapa pun masyarakat Malang bisa menggunakan stadion itu atas izin pemkab Malang, bukan mutlak milik Arema," ucap Sanusi.
Mengenai desain awal stadion yang dicat biru putih, ini berasal dari warna kebesaran biru Arema pada umumnya, bukan hanya pada Arema FC. Bahkan, melihat kebiasaan dan kearifan lokal, warna biru dianggap warna kebesaran warga Malang, jadi ia pun mengikutinya.
"Warnanya masih warna yang sama, kalau menghendaki perubahan warna ya tinggal dicat saja, mau dicat merah putih, biru putih, kan nanti tinggal dicat saja. Tapi, saya menangkap aspirasi Aremania pakaiannya biru ya kita tangkap hal itu," jelas Sanusi.
Sebelumnya, kritikan disampaikan oleh Ketua Yayasan Keadilan Tragedi Kanjuruhan, Nuri Hidayat, yang menyebut renovasi hanya mengakomodasi tim Arema FC saja. Padahal, di Malang, disebut Nuri ada beberapa tim lain, seperti di antaranya Persekam Metro FC yang berwarna kuning.
"Kemarin sempat diskusi mengenai warna stadion, kenapa harus biru putih. Jawabannya memang tadi warna suporter biru, oke monggo. Tapi terlihat jelas yang diundang manajemen Arema di situ, PSSI di situ, ke mana yang lain, kenapa diperlakukan seistimewa Itu, sementara orang PSSI mau diskusi dengan kita, Arema tidak sama sekali," papar Sanusi.
Meski begitu, Sanusi menegaskan Stadion Kanjuruhan milik masyarakat Malang, bukan milik Arema FC saja. Nur Hidayat dan beberapa keluarga korban tragedi Kanjuruhan sendiri mengaku lega mendengar penjelasan itu.
Apalagi, beberapa masukan ke Pemkab dan PT Waskita Karya, selaku pihak yang mengerjakan rekonstruksi diterima dengan baik. Salah satunya soal Monumen Tragedi Kanjuruhan dan pembuatan Museum Tragedi Kanjuruhan, di kawasan Taman Lalu Lintas di selatan stadion.
"Tadi dua kali bicara, waskita sudah menerima usulan kita, sudah diubah, cuma misi yang kita bawa karena misi kita menanggulangi masalah kesehatan pasca tragedi, saya harus punya sumber pemasukan abadi. Salah satunya jalan kita ikut mengelola museum yang di taman lalu lintas," tuturnya.
Di sisi lain, General Manager Arema FC, Muhammad Yusrinal Fitriandi, menghormati dan senang proses pertemuan dengan kepolisian, pihak pemerintah daerah, PT Waskita Karya, dan keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Bagi manajemen Singo Edan -julukan Arema FC, proses pemulihan para korban dan keluarganya, harus melibatkan sejumlah stakeholder termasuk jajaran pemerintahan.
"Mungkin kita minta maaf karena fokus kita bukan tidak mengurangi rasa hormat kepada keluarga korban. Tapi, kondisi yang membuat tidak memungkinkan bertemu dulu (dua tahun terakhir)," kata Yusrinal Fitriandi usai diskusi.
"Kita sangat senang adanya Pak Kapolres, Pak Bupati, menjembatani ini sebenarnya dengan forum silaturahmi. Ini kesempatan buat kita juga agar bisa bertemu dengan keluarga korban," lanjutnya.
Sebagai informasi Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, tengah dalam proses renovasi pasca tragedi kemanusiaan yang menewaskan 135 orang dan membuat 609 orang lebih luka. Proses renovasi stadion sendiri bakal menelan biaya Rp330 miliar yang diambilkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Renovasi Stadion Kanjuruhan ini menjadi bagian dari beberapa perbaikan stadion di Indonesia agar lebih sesuai standar FIFA. Stadion-stadion ini di antaranya Stadion Demang Lehman di Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Stadion Jatidiri di Semarang; Stadion Segiri Samarindal Stadion BJ Habibie di Parepare, Sulawesi Selatan; Stadion Gelora Delta Sidoarjo; hingga Stadion Surajaya, Lamongan.
(Djanti Virantika)