MALANG--Seperti prediksi media ini sebelumnya, supporter Aremania akhirnya menjadi supporter terbaik di Piala Jenderal Sudirman (PJS). Pendukung fanatik Arema Cronus ini menjadi yang terbaik di beberapa aspek, termasuk antusiasme sekaligus sportivitas, dan diganjar hadiah uang Rp100 juta.
Namun, justru hadiah uang itulah yang membuat Aremania sedikit kebingungan. Maklum, supporter biru tersebut tidak memiliki badan atau organisasi yang menaungi. Selama ini yang dikenal mengoordinir supporter adalah Korwil atau koordinator wilayah.
Praktis, Aremania masih memerlukan waktu untuk menjaring aspirasi terkait pemanfaatan hadiah juara tersebut. Hingga kini masih banyak opini dan saran Aremania yang masuk dari berbagai penjuru dan membutuhkan waktu untuk menentukannya.
"Kami bersyukur Aremania menjadi supporter terbaik. Tapi sekarang kami harus sibuk memikirkan untuk apa uang hadiah tersebut. Tidak mungkin juga dibagi ke Aremania yang jumlahnya tak terhitung," ujar Cak No, penabuh drum Aremania yang juga turut ke Jakarta, seperti diberitakan Okezone, Selasa (26/1/2016).
Aremania sendiri banyak melontarkan berbagai usulan, termasuk uang hadiah disumbangkan ke keluarga Aremania korban anarkisme di Sragen, beberapa waktu lalu. "Jelas harus ada kesepakaan dari semua korwil terkait pemanfaatan hadiah," tambahnya.
Untuk menjadi supporter terbaik, perjalanan Aremania di PJS harus diwarnai tangis dan darah. Dua Aremania meninggal saat diserang supporter lain di Sraten, ketika hendak mendukung Arema Cronus di babak perempatfinal PJS di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Setelah itu Aremania juga harus menangis karena timnya disingkirkan Mitra Kukar di semifinal. Padahal pada leg kedua di Malang, lebih dari 40 ribu Aremania tumplek di Stadion Kanjuruhan. Situasi di Kanjuruhan inilah yang disebut sebagai salah satu kunci menjadi supporter terbaik.
Aremania tidak melakukan tindakan negatif dalam menyikapi kegagalan Singo Edan memenangi adu pinalti. Sekalipun pertandingan saat itu berjalan sangat keras dan diwarnai kartu merah setelah pemain bersitegang, tak sampai memengaruhi situasi di tribun.
Respons positif menghadapi kekalahan timnya adalah aspek krusial yang ditekankan penyelenggara turnamen. Untuk aspek ini Aremania memang lulus ujian, apalagi mereka juga sangat rajin menguntit timnya di mana pun berlaga.
(Leonardus Selwyn)