MALANG - Akhir pekan ini, publik bola Jawa Timur bakal disuguhi pertandingan derby super menarik. Arema Malang bakal menjamu Deltras Sidoarjo di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (28/5/2011). Sayang sisi menariknya bukan dari kualitas pertandingan, tapi kondisi tim yang tengah kacau balau.
Baik Arema maupun Deltras, mempunyai problem identik yakni krisis finansial klub yang terus memburuk. Bahkan, saking menariknya, krisis tersebut berpotensi menggagalkan pertandingan itu sendiri. Itu karena pemain Deltras sempat mengancam tak akan bertanding.
Nah, ancaman Deltras ternyata bagai tusukan pedang bagi Singo Edan. Bagaimana tidak, pertandingan menjamu Deltras menjadi satu-satunya harapan untuk mendapatkan pemasukan untuk membayar gaji pemain. Jika pertandingan gagal, maka derita pemain Arema bakal bertambah panjang.
Arema pun gelisah. “Kami ingin Deltras tetap bertanding. Karena pertandingan itu sangat berarti bagi Arema. Pemasukan dari tiket pertandingan adalah satu-satunya harapan kami,” kata Media Officer Arema Sudarmaji. Dirinya sangat berharap Deltras beritikad baik datang ke Malang.
Arema pantas was-was. Persoalan gaji terus menggerus semangat dan motivasi pemain maupun pelatih. Malah Senin (23/5) lalu pemain nekat mendatangi Ketua Yayasan Arema M Nur untuk menagih komitmennya membayar hak pemain yang masih menunggak.
Kendati belum terngiang nada mogok, tapi pemain telah merasakan kegelisahan yang luar biasa. Sedangkan sumber dana sudah tidak ada, kecuali berharap tiket pertandingan home. Langkah menemui Presiden Kehormatan Arema FC Rendra Kresna pun tak membuahkan nominal.
“Kami dalam situasi yang sangat tidak bagus. Pemain sudah tak sabar dengan janji yang diberikan manajemen. Kita nyaris tak tau lagi harus bagaimana. Berharap pertandingan home juga belum pasti, karena jumlah penonton tak bisa diprediksi,” kata gelandang Arema Ahmad Bustomi.
Benar saja. Sebelum membayangkan batal atau tidaknya laga menjamu Deltras, tim berlogo kepala singa juga masih belum bisa menjamin stadion terisi penuh. Jika hanya dipenuhi 3000 penonton seperti kala menjamu Cerezo Osaka, maka tamatlah riwayat Arema.
Kendornya gairah di tim Singo Edan juga sangat terlihat dari program latihan rutin yang dijalankan Manager-Coach Miroslav Janu. Pemain selalu tak lengkap di setiap sesi latihan, staf pelatih pun tak mempunyai daya kontrol yang cukup untuk mendisiplinkan pemain.
Menurut Asisten Pelatih Arema Joko Susilo, staf pelatih serba salah dengan kondisi yang dihadapi pemain. Malah beberapa hari terakhir pelatih sudah tidak merisaukan pemain yang datang ke latihan. Kesimpulannya, berlatih atau tidak adalah kehendak pemain sendiri.
“Serba salah menghadapi kondisi seperti sekarang. Pemain sudah gelisah dan kita tak bisa berbuat apa-apa. Kita hanya bisa menuntut manajemen memberikan hak pemain. Kalau tidak, ya kondisinya tidak akan bisa membaik,” tutur Joko Susilo.
Hingga berita ditulis, pelatih tetap menjalankan materi kepelatihan seperti biasa walaupun pemain tak lengkap. Pertandingan menjamu Deltras Sidoarjo tetap menjadi prioritas utama, selain terus menuntut manajemen memberikan hak berupa pembayaran gaji ke pemain.
(Hendra Mujiraharja)