"Memang prosesnya panjang, karena kita mau itu stadion ada sejarahnya, sejarahnya itu yang kita tidak mau hilang, hilang dari ingatan para keluarga korban, dan hilang dari ingatan kita semua generasi penerus dan masyarakat Indonesia. Ada kesulitan-kesulitan konstruksi memang," terangnya.
Di sisi lain, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur Airyn Saputri Harahap mengungkapkan, proses renovasi Stadion Kanjuruhan, lebih mahal dibanding stadion lain yang direnovasi karena tidak mengubah struktur bangunan dan memperkuat. Apalagi ada beberapa bagian stadion yang memiliki sejarah kaitannya dengan Tragedi Kanjuruhan Malang.
"Karena banyak sekali sejarah-sejarah yang tidak bisa kita ubah, kalau tempat lain mungkin bisa dibandingkan, kalau ada masalah langsung menghancurkan, (proses perbaikannya di tempat lain) kita murah kan sama lah kayak kita bangunan rumah, kita kalau daripada renov kan mengubah pagar, enak langsung ganti lebih murah, di sini tidak bisa, karena tadi banyak sejarah," ucap Airyn Saputri Harahap.
Airyn menjelaskan, kerumitan renovasi Stadion Kanjuruhan dibandingkan stadion lain misalnya Stadion Surajaya, yang tidak perlu dirobohkan tapi justru memperkuat struktur bangunan itu yang membuat memakan anggaran lebih mahal.
"Kalau renov sama bangun baru kalau masih dipertahankan padahal strukturnya kita harus perkuat, kita apa, karena sejarah tidak bisa dilakukan (dirobohkan)," tukasnya.
(Rivan Nasri Rachman)