“Di sini baru mulai usia 16, 17 dan 18. Jadi ini 10 tahun di belakang tim Eropa dalam pengembangan pemain muda,” beber Hodak.
“Artinya seorang anak di Eropa yang berusia 18 tahun, jika asumsinya bermain 30 kali dalam semusim, maka dia sudah bermain dalam 300 laga kompetitif di liga. Dan anak-anak di sini mungkin hanya memiliki sekitar 50 laga kompetitif,” urai pria berusia 54 tahun itu.
Ini, lanjut Hodak, yang membuat sepakbola di Asia mengalami ketertinggalan dari Eropa. Mulai dari aspek fisik, teknik, dan taktik, anak-anak muda di Benua Kuning khususnya Asia Tenggara tertinggal hingga 200 pertandingan.
“Lalu jika dikalkulasi dengan latihan, bisa dilihat pemain dari Eropa lebih percaya diri dengan bola karena teknik, taktiknya lebih baik, terutama ketika dengan bola. Tapi di sini tentu saja potensial karena ada 300 juta warga,” tandasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)