Sebelum menduduki posisi presiden tinggi AFC, dirinya diketahui telah banyak menempati posisi strategis di Federasi Sepakbola Bahrain, AFC, dan juga FIFA. Namun sepanjang kiprahnya di dunia sepakbola, Salman bin Ibrahim Al Khalifa memiliki banyak riwayat kontroversi. Bahkan, dirinya sempat terlibat dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia pada 2011.
Melansir Independent, Sabtu (12/10/2024), tiga organisasi hak asasi manusia Bahrain pada 2013 pernah mengirim surat kepada FIFA agar pencalonan Salman bin Ibrahim Al Khalifa sebagai calon presiden tinggi AFC dibatalkan. Pasalnya, dirinya diduga terlibat dalam penangkapan dan penyiksaan terhadap para pemain sepakbola Bahrain menyusul pecahnya demonstrasi pro-demokrasi di Bahrain.
“Terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dengan bantuan kantornya dan konsultan terhadap pemain, pengurus, wasit, dan klub yang berpartisipasi dalam protes demokrasi pada bulan Februari 2011. Kami ingin menyampaikan kepada Anda tindakan balas dendam paling penting yang dilakukan oleh Sheikh Salman bin Ibrahim al-Khalifa terhadap kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan sepakbola,” tulis surat tersebut.
Namun pada saat itu, Salman bin Ibrahim Al Khalifa membantah hal tersebut dengan menagih bukti pelanggaran HAM yang dia lakukan. Karena tak ada bukti kuat yang bisa membuktikan, langkahnya menjadi presiden tinggi AFC pun mulus hingga saat ini.
“Saya hanya punya satu pertanyaan: Anda berbicara tentang tuduhan, tetapi pertanyaannya adalah, apakah Anda punya buktinya? Seseorang berbicara tentang pemerintah, saya rasa ini bukan urusan kami dalam sepakbola. Jika ada yang punya bukti bahwa Asosiasi Sepakbola Bahrain telah melanggar undang-undang FIFA atau AFC, tunjukkan saja. Kalau tidak, kami akan lanjutkan,” kata Salman bin Ibrahim Al Khalifa.
(Djanti Virantika)