KISAH Salman bin Ibrahim Al Khalifa akan diulas Okezone. Presiden AFC yang pernah terseret kasus HAM diketahui berasal dari keluarga Kerajaan Bahrain.
Nama presiden tinggi AFC, Salman bin Ibrahim Al Khalifa, menjadi sorotan masyarakat Indonesia saat ini. Pasalnya, ia dianggap terlibat dalam pertandingan kontroversial skuad Garuda kontra Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Pada laga yang digelar di Bahrain National Stadium, Kamis 10 Oktober 2024 malam itu, Timnas Indonesia harus puas meraih hasil imbang 2-2. Namun sejatinya, laga ini hampir dimenangkan oleh Jay Idzes dan kolega karena setelah hingga masa injury time habis masih unggul 2-1.
Namun di laga itu, wasit Ahmed Al Kaf yang memimpin jalannya laga tak kunjung meniup peluit berakhirnya pertandingan, meski waktu telah melebihi yang seharusnya. Alhasil, di waktu yang di korupsi itu, Bahrain sukses mencetak gol kedua penyeimbang kedudukan.
Akibat hal ini, nama wasit Ahmed Al Kaf asal Oman menjadi sosok yang paling disorot. Pasalnya, sebagai wasit yang berasal dari negara tetangga, dirinya dianggap berat sebelah dengan membela negara Timur Tengah. Bukan hanya itu, proses penunjukannya pun menjadi tanda tanya besar.
Hal ini membuat netizen Indonesia mempertanyakan kebijakan AFC yang sengaja menunjuk wasit asal Oman untuk memimpin laga Timnas Indonesia vs Bahrain. Netizen bahkan menuduh AFC sebagai mafia bola setelah mengetahui bahwa Presiden AFC berasal dari keluarga Kerajaan Bahrain, yakni Salman bin Ibrahim Al Khalifa.
Salman bin Ibrahim Al Khalifa merupakan presiden tinggi AFC yang telah menjabat sejak 2013. Lahir pada 2 November 1965, Salman merupakan putra kedua Ibrahim bin Hamad Al Khalifa dan Aisha binti Salman Al Khalifa yang merupakan pemimpin Bahrain pada 1942 hingga 1961.
Sebelum menduduki posisi presiden tinggi AFC, dirinya diketahui telah banyak menempati posisi strategis di Federasi Sepakbola Bahrain, AFC, dan juga FIFA. Namun sepanjang kiprahnya di dunia sepakbola, Salman bin Ibrahim Al Khalifa memiliki banyak riwayat kontroversi. Bahkan, dirinya sempat terlibat dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia pada 2011.
Melansir Independent, Sabtu (12/10/2024), tiga organisasi hak asasi manusia Bahrain pada 2013 pernah mengirim surat kepada FIFA agar pencalonan Salman bin Ibrahim Al Khalifa sebagai calon presiden tinggi AFC dibatalkan. Pasalnya, dirinya diduga terlibat dalam penangkapan dan penyiksaan terhadap para pemain sepakbola Bahrain menyusul pecahnya demonstrasi pro-demokrasi di Bahrain.
“Terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dengan bantuan kantornya dan konsultan terhadap pemain, pengurus, wasit, dan klub yang berpartisipasi dalam protes demokrasi pada bulan Februari 2011. Kami ingin menyampaikan kepada Anda tindakan balas dendam paling penting yang dilakukan oleh Sheikh Salman bin Ibrahim al-Khalifa terhadap kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan sepakbola,” tulis surat tersebut.
Namun pada saat itu, Salman bin Ibrahim Al Khalifa membantah hal tersebut dengan menagih bukti pelanggaran HAM yang dia lakukan. Karena tak ada bukti kuat yang bisa membuktikan, langkahnya menjadi presiden tinggi AFC pun mulus hingga saat ini.
“Saya hanya punya satu pertanyaan: Anda berbicara tentang tuduhan, tetapi pertanyaannya adalah, apakah Anda punya buktinya? Seseorang berbicara tentang pemerintah, saya rasa ini bukan urusan kami dalam sepakbola. Jika ada yang punya bukti bahwa Asosiasi Sepakbola Bahrain telah melanggar undang-undang FIFA atau AFC, tunjukkan saja. Kalau tidak, kami akan lanjutkan,” kata Salman bin Ibrahim Al Khalifa.
(Djanti Virantika)