BLITAR – Pelatih Dewa United, Jan Olde Riekerink, soroti kondisi lapangan Stadion Soepriadi, Blitar, usai timnya ditahan Arema FC 0-0 dalam laga perdana Liga 1 2024-2025. Dia pun mengkritik tajam Stadion Soepriadi Blitar karena punya kondisi lapangan yang buruk.
Ya, lapangan Stadion Soepriadi di Kota Blitar dituding menjadi biang keladi bagi Dewa United yang tak mampu memetik kemenangan. Sebab, Dewa United yang biasanya bermain umpan pendek dari kaki ke kaki, tak bisa memanfaatkan hal tersebut.
Para pemain Dewa United pun akhirnya memilih konsep bermain long ball dengan mengandalkan kecepatan umpan dari Hugo Gomes dan Messidoro. Hal ini yang membuat peran Taise Marukawa di sektor sayap Dewa United tak berjalan maksimal.
Taise Marukawa pun terpaksa digantikan oleh Ahmad Nufiandani pada menit 69. Lini tengah Dewa United juga tampak kesulitan mengembangkan permainan. Ricky Kambuaya, Egy Maulana Vikri, dan Alexis Messidoro dibuat kerepotan karena kombinasi bola tak berjalan bagus.
Jan Olde Riekerink pun mengakui timnya kesulitan mengembangkan permainan karena buruknya kualitas lapangan. Pemainnya disebut harus memainkan pola long ball atau bola-bola panjang, yang bukan menjadi ciri khas timnya.
"Saya harus bilang lapangan tidak membantu. Akhirnya kita harus terima itu, lapangan itu tidak menguntungkan kita," ucap Jan Olde Riekerink, usai pertandingan di Stadion Soepriadi, Kota Blitar, pada Senin 12 Agustus 2024.
Pelatih berkebangsaan Belanda ini juga mengaku Arema FC bermain lebih kompetitif, karena sudah mengikuti turnamen pramusim. Hal berbeda dengan timnya yang banyak berlatih, tapi kurang melakukan pertandingan ujicoba di pramusim.
"Arema sudah ada pada kompetisi, dan tim kami pertama kali yang baru bertahan resistensi. Kita main di pertandingan persahabatan di masa persiapan pertandingan pramusim lawan Biak, Malut, dan Kediri, itu pun sudah 2 minggu lalu,” tutur Jan Olde Riekerink.
“Arema bermain lima pertandingan yang sangat kuat. Mereka sudah ada lebih jauh di kompetisi," lanjutnya.