“Kami harus tinggal di sana selama empat jam. Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di sekitar stadion. Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar,” terangnya.

“Tapi, beruntung perjalanan kami mulus kemnbali ke pusat pelatihan kami. Kami mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," ujarnya.
Seperti diketahui, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pecah setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya di pekan ke-11 Liga 1 2022-2023, Sabtu 1 Oktober 2022 malam WIB.
Akibat dari kerusuhan itu, korban jiwa pun berjatuhan. Sampai berita ini diturunkan, pihak kepolisian sudah memberi data bahwa setidaknya ada 125 korban yang tewas di kejadiani ini.
Hal yang paling disoroti adalah ketika pihak kepolisian menembakkan gas air mata ke tribun penonton. Padahal, Federadsi Sepakbola Internasional (FIFA) sudah menegaskan jika gas air mata dilarang digunakan pada saat pertandingan.
Terlepas dari itu, Federasi Sepakbola Indonesia (PSSI) langsung menurunkan tim investigasi untuk mengusut tuntas permasalahan ini. Di sisi lain, PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) juga memberhentikan gealran Liga 1 2022-2023 dalam sepekan ke depan.
(Hakiki Tertiari )