“Sebenarnya juga ada tawaran dari Thailand pada 2019, namun tidak berjalan lancar. Saya mengundurkan diri tepat sebelum menandatangani kontrak. Kali ini juga setelah dihadapkan pilihan antara klub China dan Timnas Indonesia, saya memilih Timnas Indonesia,” tegas Shin Tae-yong.
Keputusan Shin Tae-yong mengabaikan tawaran klub China, Shenzhen FC, juga menarik perhatian. Ia menolak tawaran gaji tiga kali lipat lebih besar ketimbang yang diterima di Timnas Indonesia.
“Tawaran dari mereka (Shenzhen FC) hanya satu tahun. Mereka tidak menjanjikan kontrak jangka panjang. Padahal, jika mereka menawarkan dua tahun, saya mungkin menganggap China serius kepada saya,” kata Shin Tae-yong, mengutip dari channel YouTube Hyungwook.
“Satu tahun tak cukup bagi pelatih sepakbola di mana pun. Sebagai pelatih asing, saya membutuhkan waktu untuk menyesuaikan budaya dan lain-lain. Satu tahun, saya tidak yakin dapat berbuat sesuatu,” tutup Shin Tae-yong.
Mantan Sekjen PSSI, Ratu Tisha, merupakan sosok yang berperan mendatangkan Shin Tae-yong ke Timnas Indonesia. Shin Tae-yong pun mengakuinya sendiri.
“Mantan Sekjen PSSI (Ratu Tisha) menghubungi saya melalui KFA. Mereka (KFA) mengatakan Ratu Tisha ingin berbicara kepada saya, mantan pelatih Timnas Korea Selatan,” kata Shin Tae-yong saat diwawancarai kanal YouTube Myeongjangdeul.
“Karena khawatir kalau saya ke Indonesia, media-media Indonesia akan mengetahuinya. Akhirnya saya bertemu di Malaysia dengan Ketua, Sekjen, Exco secara diam-diam. Kami membicarakan soal visi dan kemudian saya berpikir, oke saya juga akan mempertimbangkannya dengan baik. Begitulah pada akhirnya saya jadi pelatih Timnas Indonesia,” tutup Shin Tae-yong.
(Ramdani Bur)