"Saya adalah kapten, saya selalu merasa ada tekanan berat pada diri saya. Saya harus memimpin tim ini untuk menjuarai sesuatu. Saya memberikan segalanya. Terkadang, saya pulang setelah kami kalah dan saya menangis," ungkap Fabregas, melansir dari laman Sky Sportse, Kamis (26/3/2020).
"Saya menderita, saya menghabiskan malam tanpa tidur dengan menderita. Dan ketika Anda kalah, di bus Anda merasa hancur, lalu Anda mendengar beberapa pemain tertawa, memikirkan ke mana mereka akan keluar nanti," lanjutnya.
"Hal ini berlangsung selama beberapa tahun. Kami memainkan sepak bola indah dan saya menikmatinya tapi saya merasa tertekan untuk memimpin, untuk melakukan segalanya dan pada satu titik saya merasa kesepian," jelasnya.
(Mochamad Rezhatama Herdanu)