BANDUNG - Deretan para pemain asing di Indonesia secara terang-terangan ingin mengubah kewarganegaraannya. Mereka berhasrat ingin menempuh proses naturalisasi agar mendapat status sebagai warga negara Indonesia (WNI). Selain itu, mereka juga ingin memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia.
Beberapa di antaranya masih sebatas keinginan. Tapi, beberapa pemain asing ternyata sudah menempuh proses menjadi WNI.
Mereka di antaranya Esteban Vizcarra (Sriwijaya FC), Matsunaga Shohei (eks Persib Bandung), Mark Klok (PSM Makassar), Otavio Dutra (Persebaya Surabaya), dan Silvio Escobar yang terakhir bermain untuk Perseru Serui.
Tapi, saat ini sudah cukup banyak pemain naturalisasi yang beredar di Indonesia. Pemain pertama di era modern yang dinaturalisasi adalah Christian Gonzales.
Pemain berdarah Uruguay itu sempat memperkuat Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2010 dan 2014. Tapi, hadirnya Gonzales saat itu tidak membuat timnas mampu meraih gelar juara.
BACA JUGA: Ngungsi ke Jepara, Begini Progres Persib Bandung
Setelah Gonzales, naturalisasi terus terjadi. Tidak hanya untuk pemain keturunan Indonesia, pemain berdarah impor tulen juga banyak yang mendapatkan status WNI.
Pemain keturunan Indonesia yang mendapat status WNI di antaranya Kim Kurniawan, Tonnie Cusell, Stefano Lilipaly, Raphael Maitimo, Sergio van Dijk, Van Beukering, Ruben Wuarbanaran, Ezra Walian, dan beberapa lainnya segera menyusul.
Sedangkan pemain impor tulen yang kini berstatus WNI di antaranya Greg Nwokolo, Victor Igbonefo, Bio Paulin, Guy Junior, Herman Dzumafo, dan Ilija Spasojevic.
Keran merebaknya naturalisasi itu pun mendapat sorotan dari Budiman, eks pemain Persib Bandung dan Persija Jakarta. Ia memandang tak ada manfaat banyak dari hadirnya para pemain naturalisasi, terutama untuk timnas.
"Sangat menyayangkan karena potensi-potensi di kita ini sangat banyak sekali. Terus untuk naturalisasi juga manfaatnya sejauh mana? Kita banyak contoh, naturalisasi ini juga usianya (banyak yang) di atas 30 tahun, terus secara kualitas juga tidak begitu istimewa, jaraknya tidak terlalu jauh (dengan pemain lokal). Jadi sangat menyayangkan," kata Budiman.
Jika naturalisasi bertujuan untuk mendongkrak prestasi timnas, hal itu juga harus dipikirkan secara matang oleh PSSI. Kualitas sang pemain harus benar-benar istimewa dan bisa dipakai jangka panjang
"Targetnya harus direncanakan untuk pemain naturalisasi ini. Jangan sampai naturalisasi cuma sekali ikut kejuaraan tapi ke depannya tidak dipakai lagi, kan sayang," ungkapnya.
Ia pun memberi gambaran rekam jejak timnas setelah diperkuat para pemain naturalisasi, baik pemain keturunan Indonesia maupun pemain impor tulen. Tak ada gelar juara yang bisa didapat timnas di ajang internasional.
"Kalau sejauh ini saya belum melihat pemain naturalisasi yang bisa memberikan kontribusi untuk timnas. Contohnya di kejuaraan-kejuaraan, kita kan belum bisa memberikan prestasi yang diharapkan masyarakat Indonesia," cetusnya.
Menurut Budiman yang kini menjadi pelatih Diklat Persib, akan lebih bijak jika pemain lokal benar-benar dimaksimalkan. Sebab, talenta pemain lokal juga sangat banyak. Mereka tinggal dipoles agar menjadi pemain matang.
Salah satu langkah yang harus dilakukan PSSI adalah memperbanyak kompetisi untuk usia muda. Sebab, melalui kompetisi, bibit-bibit pesepakbola lokal akan terbentuk semakin matang secara bertahap.
Jika naturalisasi terus terjadi dan kompetisi usia muda tidak dimaksimalkan atau ditambah, hal itu dinilai sebagai sebuah kemunduran untuk iklim pembinaan sepakbola.
Apalagi, imej pemain impor dan naturalisasi yang dinilai lebih baik dari pemain lokal masih berada dalam benak sejumlah pelatih. Itu terlihat dari para pemain lokal dan naturalisasi yang mendapat jatah bermain lebih banyak ketimbang pemain lokal, terutama di level klub.
Sebaliknya, talenta pemain lokal semakin tergerus. Potensi mereka secara perlahan tenggelam oleh bayang-bayang pemain 'bule'.
"Betul, sangat mundur menurut saya. Karena dengan banyaknya SSB, akademi, pemain-pemain potensial agak tertutup dengan banyaknya pemain naturalisasi," ujarnya.
"Kalau untuk jangka panjang, lebih baik pemain lokal kita yang lebih dikedepankan," jelas Budiman yang saat masih jadi pemain pernah membawa Persija Jakarta juara liga pada 2001
(Ramdani Bur)