Meski memiliki kelainan tubuh, Nedved mampu memanfaatkan kekurangannya menjadi hal yang menguntungkan. Kekurangannya membuat dirinya tak kenal lelah dalam bermain.
Nedved juga memiliki dua kaki yang sama kuat dan juga umpan silang yang akurat dan bertenaga. Berkat semua kemampuan yang dimiliki, Nedved akhirnya dapat menggantikan peran Zidane.
Bersamaan dengan itu, Nedved menjadi pemain terbaik di dunia dengan meraih Ballon dOr pada 2003. Bersama Timnas Republik Ceko, Nedved berhasil membawa rekan satu timnya menjadi satu kesatuan di Piala Eropa 2004.
Berada satu grup dengan Jerman, Belanda, dan Latvia, dirinya mampu membawa Ceko menjuarai fase grup. Bahkan di perempatfinal, Ceko membungkam Denmark dengan skor telak, 3-0.
Sayangnya di semifinal, Ceko harus kalah dari Yunani. Yunani sendiri akhirnya keluar sebagai juara dengan skor 1-0.
Namun pada pertandingan itu, Nedved juga harus terlibat kontak dengan Konstantinos Katsouranis yang membuat lututnya cedera parah. Sejak insiden itu, Nedved menjadi kerap mengalami cedera yang membuat kariernya perlahan mengalami kemunduran.
Meski gagal membawa gelar juara untuk Ceko, perjalanan Nedved di Piala Eropa 2004 akan selalu dikenang sebagai salah satu yang kisah paling indah. Sedangkan di Juventus, Nedved pernah mempersembahkan 1 laga final Liga Champions, dua gelar Liga Italia, dan jabatan wakil presiden klub yang didapatkan setelah pensiun sudah cukup untuk membuatnya menjadi legenda Si Nyonya Tua.
(Djanti Virantika)