Kuncoro berjibaku dengan kepanikan seraya membuka satu persatu penutup wajah mayat. Dirinya juga kesulitan menghubungi orang di rumahnya karena susah sinyal.
Namun kemudian Kuncoro bisa bernafas lega setelah mengetahui Iftitah pulang lebih dulu sebelum laga berakhir. Selain itu, Iftitah ternyata tidak jadi menyaksikan di tribun ekonomi, melainkan di tribun VIP.
“Saya sempat menghubungi orang-orang di rumah tapi sulit karena tidak ada sinyal, tapi Alhamdulillah ternyata dia sudah diajak pulang duluan sama saudara sebelum pertandingan selesai,” tuturnya.
“Anak saya usia 16 tahun, memang biasa nonton di tribun ekonomi, tapi syukurnya waktu itu kebetulan dia nonton di VIP sama saudara, yang bikin saya cemas saya pikir dia nonton di tribun ekonomi di mana banyak korban jiwa,” sambungnya.
Kendati bisa bernapas lega karena putrinya selamat, Kuncoro mengaku masih trauma dari tragedi Kanjuruhan. Dirinya pun berharap adanya evaluasi dan pembenahan besar-besaran dalam sistem pengamanan pertandingan.
“Kalau saya pribadi masih trauma, tapi kita lihat kedepannya, mungkin saja ada pembenahan sistem pengamanan untuk suporter, dari kejadian ini harus introspeksi agar tidak terulang lagi,” tandasnya.
(Hakiki Tertiari )