JAKARTA – Sistem keamanan di Stadion Kanjuruhan jadi salah satu hal yang ramai disorot usai terjadinya tragedi berdarah yang menewaskan ratusan orang pada 1 Oktober 2022. Seorang jurnalis asal Malang, Avirista Midaada, yang mengkritisi sistem keamanan dalam tragedi Kanjuruhan pun menyebut federasi merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas banyaknya korban jiwa.
Seperti yang telah diketahui, tragedi Kanjuruhan dinilai sebagai salah satu sejarah terburuk dalam sepakbola Indonesia. Pasalnya, sekiranya, 132 orang harus meninggal dunia serta ratusan orang lainnya mengalami luka akibat insiden berdarah tersebut.
BACA JUGA: Soal Penyelenggaraan Sepakbola Indonesia, TGIPF Rekomendasikan Kemenpora untuk Pantau PSSI
Insiden tersebut terjadi ketika Arema FC harus menelan kekalahan 2-3 dari Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, awal 1 Oktober 2022. Kericuhan terjadi setelah laga usai. Aparat keamanan yang menembakkkan gas air mata ke tribun pun diyakini menjadi penyebab utama banyaknya korban yang jatuh.
BACA JUGA: Mahfud MD Sebut Rekaman CCTV di Stadion Kanjuruhan Jauh Lebih Horor Ketimbang yang Tersiar di Publik
Avirista Midaada menyebut PSSI sebagai federasi adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas banyaknya korban jiwa yang jatuh. Pasalnya, pihak keamanan tidak disosialisasikan terlebih dahulu tentang larangan penggunaan gas air mata di stadion.
"Tentunya federasi, karena mereka tidak tahu larangan penggunaan gas air mata," ujar Avirista Midaada dalam Webinar Partai Perindo dengan tema ‘Masa Depan Sepakbola Nasional Pasca-Tragedi Kanjuruhan’, Jumat (14/10/2022).
"Ini yang harusnya disosialisasikan, ini ironis berbicara dengan sistem keamanan," sambungnya.
Saat ini, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), sudah melaporkan hasil investigasi kepada Presiden RI, Joko Widodo, di Istana Negara, Jumat (14/10/2022). Laporan itu disampaikan setelah tim tersebut melakukan investigas selama dua pekan.
Dalam laporan itu, TGIPF salah satunya telah meminta petugas keamanan untuk menghentikan penggunaan gas air mata pada setiap pertandingan yang ditangani oleh PSSI.
(Djanti Virantika)