MANCHESTER – Tak bisa dipungkiri bahwa faktor uang selalu menyertai ambisi prestasi gelar saat seorang pemain ambil keputusan menyinggung opsi transfernya. Samir Nasri tak segan usung pengakuan sambil menyelam minum air – sambil mengharapkan titel, gaji besar pun didapat.
Motif tersebut yang akhirnya mengayunkan langkah Nasri memutuskan hijrah dari Arsenal ke Manchester City pada 2011 silam, setelah menjalani musim yang gagal gelar di tim asal London Utara tersebut.
Awalnya, gelandang berpaspor Prancis itu sempat berusaha mempertahankan kesetiaannya jadi awak Meriam London saat dirinya, jadi target transfer utama tak hanya buat City, tapi juga tiga klub besar lainnya, Manchester United, Inter Milan dan Juventus.
“Kesan materialistis dari saya hanya merupakan hal-hal yang dikaitkan dengan kebiasaan orang Prancis. Banyak orang yang iri, tapi itu tak mengapa. Kejadiannya seperti ini: 2010 merupakan musim terbaik saya bersama Arsenal (dengan 15 gol),” ujar Nasri, seperti dinukil IBTimes, Minggu (27/4/2014).
“Saat itu kami tiba di bulan Oktober dan pelatih bertanya pada saya apakah saya ingin bertahan. ‘Ya, saya ingin bertahan’, jawab saya. Lalu mereka menawari saya kontrak (baru), jauh dari yang saya harapkan. Agen saya bilang: jika saya ingin bertahan, saya takkan mendapat banyak uang, tapi itu tak apa karena saya masih 23 tahun,” lanjutnya.
Ya, Nasri mengaku sempat diajukan proposal kontrak baru guna memperbarui kontrak lamanya yang kala itu, hanya menyisakan semusim lagi. Namun tiba di musim panas, Nasri pun akhirnya ambil respons dengan ambisi mendapatkan gaji besar sekaligus kans meraih gelar yang lebih terbuka.
City pun jadi pilihannya di antara opsi-opsi lain macam United, Juve atau Inter. Alasannya tentu uang di mana Nasri, ditawari gaji tiga kali lipat dari yang diberikan Arsenal. Pilihannya itu tak salah. Di debut musimnya, Nasri pun mencicipi gelar Premier League untuk kali pertama dalam kariernya.
“Jika saya bermain bagus, maka saya akan mendapat lebih baayak uang. Saat itu kami masih bermain di empat kompetisi dan kami tampil sangat baik. Kami menunggu, menunggu, menunggu sampai tiba bulan Juni di mana kontrak saya tinggal setahun lagi. Saya punya tawarana dari City, United, Inter dan Juve. Saya katakan: ‘Saya tak ingin ke negeri lainnya, saya ingin tetap di Inggris’,” sambung Nasri.
“Beberapa saat saya sempat ragu memilih. Agen saya bilang: ‘Apa anda ingin ke klub besar yang sudah punya sejarah megah (United), atau bermain untuk City yang tak memenangkan liga sejak 44 tahun lalu di mana Anda bisa membuat sejarah’. Saya bilang: ‘Ya, saya ingin membuat sejarah’. Di tahun pertama, saya memenangkan liga,” tambahnya lagi.
“Ya, secara ekonomi, kehidupan saya lebih baik dari yang saya punya di Arsenal dan itu normal. Jika saya bilang ada tawaran tiga kali lipat dari gaji Anda, saya pikir Anda harus mengambilnya! Tapi motif utama saya tetap memenangkan banyak trofi,” tutupnya berdalih.
(Randy Wirayudha)