MILAN – Dibalik kepindahan Zlatan Ibrahimovic dari Barcelona ke AC Milan , ternyata tertinggal cerita tak sedap. Terang-terangan Ibrahimovic melontarkan sejumlah kecaman, yang dituliskannya pada biografi barunya.
Ibra – begitu sapaannya, ternyata menyimpan rahasia kelam Josep Guardiola, pelatihnya semasa di Barca. Menurutnya, Guardiola tak punya keberanian untuk menghadapi Jose Mourinho, kala The Special One masih membesut Inter Milan.
Ibra berang, Pep dinilai pengecut untuk mengeluarkan kemampuan terbaik Barca, kala Azulgrana dibungkam Inter, di babak play off Liga Champions 2009-2011. Mou sukses berat mempecundangi Guardiola, terlebih ketika Mou berhasil membawa La Beneamata membawa pulang trofi Liga Champions ke San Siro.
“Saya pernah membentaknya: ‘Anda tak punya keberanian!’. Atau menurut saya lebih buruk dari itu. Saya juga menambahkan: ‘Anda mempecundangi diri Anda di hadapan Mourinho!. Lebih baik Anda pergi ke neraka!” tulis Ibra pada biografinya, sebagaimana dilansir Goal, Jumat (4/11/2011).
Tak hanya itu, dalam biografinya yang dirilis penerbit Swedia, Aftonbladet, Ibra juga tak lupa memberi komentar tak mengenakkan untuk tiga mantan rekannya, yakni Lionel Messi, Andres Iniesta dan Xavi Hernandez.
“Atmosfir di ruang ganti sangat sunyi bagi saya. Messi, Iniesta dan Xavi, selalu patuh tanpa adanya protes. Mereka layaknya anak sekolahan. Jelas saya tidak seperti itu, saya hanya bisa berlaku seperti adanya saya,” tulis Ibra lagi.
Terakhir, pada bab pertama biografinya itu, Ibra juga melontarkan ungkapan kekecewaannya, di mana jelas-jelas Guardiola menganakemaskan Messi. Hal seperti itu, sungguh membuat Ibra, kian bertekad meninggalkan Camp Nou, pada musim panas 2010 lalu.
“Messi meminta dimainkan di posisi lain. Dia ingin bermain sebagai penyerang tengah dan tak sulit baginya mendapatkan itu. Akibatnya, saya yang terpinggirkan dan bermain tak sesuai karakter saya,” sambung Ibra.
“Sejak masa-masa itu, hubungan saya tidak baik dengan pelatih. Sulit baginya untuk memperhatikan saya lagi,” tutup bomber Swedia berdarah Bosnia itu.
(Randy Wirayudha)