JEDDAH – Pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia, Patrick Kluivert, menunjukkan fokus penuh menjelang laga krusial kontra Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Dalam konferensi pers, Kluivert dengan tegas menolak menjawab pertanyaan mengenai skandal hukuman FIFA terhadap Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi ilegal.
Sikap Kluivert itu menegaskan bahwa perhatiannya hanya tertuju pada pertandingan yang menentukan nasib Skuad Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Karena itu ia tak mau menjawab pertanyaan apa pun di luar Timnas Indonesia, apalagi soal FAM dan Timnas Malaysia.
Timnas Indonesia dijadwalkan menghadapi Arab Saudi pada laga perdana Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion King Abdullah, Kamis 9 Oktober 2025 dini hari WIB. Pertandingan ini menjadi salah satu penentu utama bagi Timnas Indonesia untuk menjaga asa lolos ke Piala Dunia 2026.
Menyadari besarnya pertandingan Timnas Indonesia vs Arab Saudi, Kluivert menolak segala bentuk pengalihan perhatian. Ketika seorang jurnalis menanyakan perihal sanksi FIFA kepada FAM dan tujuh pemain naturalisasi Malaysia akibat pemalsuan dokumen, pelatih asal Belanda itu memberikan jawaban yang ringkas dan tegas.
"Saya tidak ingin membahas hal itu. Fokus saya adalah pertandingan besok. Itu bukan hal yang saya pikirkan. Yang penting adalah pertandingan Indonesia besok," ujar Kluivert, di konferensi pers jelang laga, dikutip Rabu (8/10/2025).
Skandal yang melibatkan FAM dan tujuh pemain naturalisasi Malaysia ini memang tengah menjadi sorotan. FIFA telah menjatuhkan sanksi denda 350.000 CHF (sekitar Rp7,3 miliar) kepada FAM. Sementara ketujuh pemain—Facundo Garces, Gabriel Felipe Arrocha, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazabal Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel—masing-masing didenda 2.000 CHF dan dilarang aktif dalam persepakbolaan profesional selama 12 bulan, berlaku mulai Selasa 7 Oktober 2025.
Dalam dokumen yang dirilis Komite Disiplin FIFA pada 6 Oktober 2025, dijelaskan FAM secara sistematis memalsukan sertifikat kelahiran kakek/nenek para pemain untuk mengklaim garis keturunan Malaysia. Contohnya, kakek Hector Hevel yang diklaim lahir di Malaysia, padahal dokumen asli membuktikan ia lahir di Belanda.Begitu juga dengan kakek Facundo Garces yang diklaim lahir di Penang, padahal faktanya lahir di Argentina.