
Cantona lalu mengingatkan betapa kuatnya pesan yang dibawa ketika dunia olahraga berperan mengakhiri apartheid di Afrika Selatan. Hal itu perlu diulangi kali ini untuk mendesak Israel.
“Kita semua ingat apartheid di Afrika Selatan. Boikot dari dunia olahraga sangat penting dalam mengakhiri apartheid di sana. Jadi, kita adalah kekuatan, fans sepakbola di seluruh dunia punya kekuatan,” tandasnya.
Hingga kini, Eric Cantona masih dianggap sebagai raja bagi para pendukung Man United, terutama yang besar di era 1990-an. Sebab, kontribusinya tidak hanya berupa gol, assist, dan trofi, tetapi juga suntikan mentalitas baja di dalam dan luar lapangan.
Setelah pensiun pada 1997, Cantona tak hanya menjadi duta bagi klub. Pria berusia 59 tahun itu juga rajin menyuarakan pesan-pesan kemanusiaan.
Itulah kisah Eric Cantona, legendaris Manchester United yang dukung Palestina dan menolak Israel main di Piala Dunia. Tak heran ia dijuluki sebagai King Eric!
(Wikanto Arungbudoyo)