Karena itu, Abdul Fikri memastikan bahwa proses pembangunan Stadion Kanjuruhan, agar sesuai spesifikasi dan anggaran yang dikeluarkan oleh negara melalui APBN, di beberapa stadion di Indonesia. Termasuk, keinginan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang menginginkan Pintu 13 tidak dibongkar dan didirikan monumen untuk berdoa para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
"Sungguh pun Gate 13 itu masih di-hold, karena ada beberapa pihak yang minta itu diabadikan. Saya kira itu kita enggak tahu. Ini makanya kenapa Komisi X datang tadi sudah dijelaskan anggarannya berapa, anggaran Rp330 miliar, sekarang berapa persen, itu diekspos, disampaikan kepada publik," tutur Abdul Fikri.
Abdul Fikri memastikan, ke depan, jika ada fungsi, kendala, hingga spesifikasi yang tidak sesuai peruntukan sebenarnya, Komisi X DPR RI sebagai mitra kerja pemerintah dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) bakal mengingatkan. Mereka juga kan melibatkan masyarakat dan beberapa elemen persepakbolaan di Indonesia untuk memberikan masukan.
"Jadi, kalau ada kendala-kendala kita akan datang lagi, supaya itu bisa dibuka disampaikan ke publik dan dengan demikian tidak ada yang enggak ada solusinya. Nanti kalau ditutup-tutupi, akan ada problematika berikutnya, salah satu usaha dengan kunjungan kali ini adalah supaya ada ekspos," ungkap dia.
Abdul berharap progres pembangunan stadion ini berjalan seperti yang direncanakan. Dia juga berharap sudah bisa dipakai pada Agustus 2024.
"Targetnya Desember 2024 selesai, tapi atas permintaan Pak Bupati supaya yang minimal 90 persen selesai bulan Agustus selesai. Karena beliau tidak punya lapangan untuk merayakan hari ulang tahun kemerdekaan," jelasnya.
Sementara itu Nuri Hidayat, salah satu keluarga korban tragedi Kanjuruhan mengakui bila pihak keluarga korban sebenarnya tidak pernah menolak rencana pembangunan Stadion Kanjuruhan. Tetapi, proses hukum dan pintu 13 yang jadi lokasi banyaknya korban tragedi Kanjuruhan, bisa dijadikan monumen dan disediakan tempat untuk berdoa.
"Keluarga korban pada dasarnya ingin mempertahankan Gate 13 untuk sarana berdoa kami, bukan karena mistisnya seperti itu, jadi supaya jadi pengikat, bahwa pernah terjadi tragedi Kanjuruhan ini dan supaya tidak terulang lagi di tempat-tempat lain. Jadi bukan menolak pembangunan, kita nggak," ucap Nuri Hidayat, pria asal Bululawang, Kabupaten Malang.
(Djanti Virantika)