Secara sederhana, kejeniusan Messi dalam meliuk-liuk diantara pemain lawan jauh lebih melelahkan dibanding sprint lurus yang dilakukan oleh pemain sayap. Dalam sebuah penelitian berjudul ‘The Net Physiological Cost of Dribbling a Soccer Ball’, melakukan dribble bola dalam jangka waktu yang lama menggunakan lebih banyak energi dan juga menginduksi peningkatan laktat dalam darah jika dilakukan dalam kecepatan tinggi.
Laktat dalam darah mengacu ada akumulasi asam laktat pada otot. Hal ini menyebabkan sensasi terbakar yang diikuti dengan kelelahan setiap melakukan aktivitas yang intens. Oleh sebab itu, pemain yang gemar menggiring bola harus memiliki kecepatan dan juga daya tahan yang lebih tinggi.
Dalam penelitian lain, ilmuwan dari Universitas Beira Interior, Covilha, Portugal menemukan bahwa daya anaerobik dipengaruhi oleh sekira 30-90 persen faktor genetik dan 40-70 persen faktor pengambilan oksigen.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Messi secara alami telah diberkahi oleh daya tahan tubuh dan kecepatan luar biasa. Dalammasa pelatihannya sejak kecil, faktor genetik dan pelatihan itu bekerja sama untuk menciptakan kejeniusan Messi dalam bermain sepakbola meski dirinya memiliki postur tubuh yang kecil.
(Djanti Virantika)