 
                Singkat cerita, bandar akan bernegosiasi dengan runner terkait pertandingan yang akan dijadikan bahan perjudian. Dari pembicaraan itu dibahas siapa yang menang dan kalah serta berapa skor akhirnya.
Setelah itu, giliran runner yang bekerja mendekati orang-orang yang berkecimpung langsung di dunia sepakbola. Baik itu seperti pelatih, pemain, dan wasit.
Tak heran jika banyak para runner merupakan orang-orang yang dekat dengan dunia sepakbola, seperti halnya mantan pemain. Sebab dengan begitu, para runner akan jauh lebih mudah mendekati pihak yang akan dimintai bekerja sama untuk melakukan match fixing.
Tentunya runner akan jauh lebih mudah medekati para pemain di pertandingan yang sudah ditentukan oleh bandar. Sebab pemain lebih gampang melakukan modus match fixing, seperti untuk striker tak boleh mencetak gol, lalu melakukan gol bunuh diri, sampai membiarkan lawan mencetak gol dengan mudah.
Jadi, mafia sepakbola memiliki kekuatan untuk menentukan hasil dari pertandingan sepakbola yang biasa dikhususkan untuk judi bola. Hal itu jelas sangat mengurangi rasa keseruan dari olahraga sepakbola. Tak heran para pencinta sepakbola sangat ingin melihat Mafia Sepakbola tak ada lagi.
(Rivan Nasri Rachman)