TIGA penyebab Elkan Baggott tolak Thailand dan pilih bela Timnas Indonesia akan dibahas dalam artikel ini. Pemain kelahiran 23 Oktober 2002 itu memilih darah Indonesia dari sang ibu, sementara ayahnya merupakan warga negara Inggris.
Pemain dengan postur tinggi badan 194 sentimeter itu lahir di Bangkok, Thailand. Namun, Elkan besar di Indonesia. Dia pernah menempuh pendidikan formal di British School of Jakarta pada 2008. Dia juga sempat tinggal di Bintaro, Tangerang, hingga 2011 sebelum dibawa orang tuanya ke Inggris.
Elkan merupakan pemain milik Ipswich Town. Namun, pada Desember 2021, dia dipinjamkan ke klub kasta kelima Liga Inggris, King'sLynn Town FC.
Bek tengah ini sempat menjadi rebutan tiga negara. Namun, Elkan akhirnya memilih menjadi warga negara Indonesia (WNI). Elkan sudah menerima kartu tanda penduduk (KTP) elektronik dari pemerintah Indonesia pada November silam. Berikut tiga alasan Elkan Baggott memilih memperkuat Timnas Indonesia.
3. Senang dengan Perkembangan Timnas Indonesia
Elkan memperkuat Timnas Indonesia melalaui kelompok usia U-19. Dia menjalani debutnya saat Garuda Muda mengalahkan U-19 Makedonia Utara 4-1 pada laga persahabatan di Kroasia.
Baca juga: Shin Tae-yong Waspadai 4 Pemain Singapura, Ada 2 Pemain Keturunan Indonesia
Dia kemudian dipanggil ke skuad senior Timnas Indonesia oleh Shin Tae-yong. Elkan pertama kali bermain untuk pasukan Garuda pada uji coba melawan Afghanistan. Meski Timnas Indonesia kalah 0-1, penampilan Elkan Baggott mendapat pujian.
(Elkan Baggott merayakan gol ke gawang Malaysia di Piala AFF 2020)
Pada Piala AFF 2020, Elkan Baggot menjadi salah satu yang memperkuat Timnas Indonesia. Elkan berhasil mencetak gol debutnya untuk skuad senior saat mengalahkan Malaysia.
Baca juga: Elkan Baggott Bobol Gawang Malaysia: Malam Luar Biasa!
Elkan yakin, Timnas Indonesia bisa menjadi juara di Piala AFF 2020. Namun, menjelang turnamen, dia mengaku gugup karena harapan tinggi dari masyarakat Indonesia.
"Gugup itu alamiah karena saya harus bermain bagus. Namun, saya tidak mau hal itu membebani pikiran dan berusaha untuk tenang. Ketika melangkah ke lapangan, saya yakin semua itu hilang. Yang tinggal hanya fokus," kata Elkan saat itu mengutip PSSI.