MILAN – Meskipun saat membela Real Madrid, Ricardo Kaka mampu mempersembahkan gelar juara Liga Spanyol dan Copa del Rey, namun tak bisa dimungkiri masa-masa pemain Brasil itu di Los Blancos adalah awal dari penurunan kariernya. Kini, setelah dirinya pensiun sebagai seorang pesepakbola, Kaka pun membeberkan kalau dia sempat memiliki hubungan yang rumit dengan pelatih Madrid kala itu, Jose Mourinho.
Kaka merupakan bagian dari skuad Los Galacticos Madrid jilid dua. Pria yang kini berusia 35 tahun itu didatangkan Madrid pada bursa transfer musim panas 2009, bersamaan dengan Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Xabi Alonso. Kala itu sebenarnya Madrid dilatih oleh Manuel Pellegrini. Namun, pada 2010 Mourinho datang mengambil alih jabatan lantaran Pellegrini tak mampu mengantarkan Madrid menjadi juara.
(Baca juga: Zidane: Ada Banyak yang Benci Madrid, tetapi Madridistas Lebih Banyak!)

Bersama Mourinho, Madrid pun tampil sebagai tim yang disegani, terlebih lagi dengan bermaterikan para pemain berkelas dunia. Namun nahas bagi Kaka, karena nyatanya pola permainan yang diterapkan Mourinho di Madrid kala itu tak membuatnya tampil maksimal.
Perlahan tapi pasti, pria yang menggondol trofi Ballon d’Or 2007 itu pun tersingkirkan dari skuad utama Madrid. Kaka mengakui dirinya memang bisa bermain cukup baik di Madrid kala itu, tetapi ia masih kurang puas karena tak bisa menunjukkan permainan terbaiknya seperti saat masih membela AC Milan.
Kini, Kaka menerangkan bahwa saat itu ia memiliki hubungan yang rumit dengan Mourinho. Kaka menjelaskan kalau dirinya memiliki rasa hormat terhadap Mourinho, namun tak menemukan kecocokan dengan skema yang diterapkan The Special One.

“Pada 2009 saya menerima proposal dari Real Madrid, namun saya sepenuhnya hancur di sana karena saya tidak bisa memberikan apa yang saya berikan di Milan. Saya sepenuhnya tersesat. Jose Mourinho adalah pelatih yang sulit bagi saya dan kami memiliki rasa hormat, tetapi hubungan yang rumit,” ungkap Kaka, menukil dari Four Four Two, Kamis (19/4/2018).
“Ketika saya berpikir dia akan memberi saya kesempatan, saya tidak bisa membuktikan kepadanya kalau saya berada dalam kondisi yang bagus. Saya banyak berlatih, bertarung, dan berdoa, namun karena tidak mendapatkan kepercayaan pelatih, maka saya menyadari kalau saya tidak bisa bekerja dengannya,” lanjut pria yang membawa Milan juara Liga Champions itu.
“Kegembiraan yang saya dapatkan adalah ketika menerima pesan saat dia meninggalkan Madrid dan mengatakan kalau saya merupakan salah satu pemain paling profesional yang pernah bekerja dengannya,” pungkas Kaka.
(Fetra Hariandja)