DI antara sejumlah isu dan kasus yang bikin masyarakat Indonesia berpotensi terpecah, ada satu titik kesejukan yang terlecut dari para petarung lapangan hijau negeri ini di panggung Piala AFF 2016. Mana lagi kalau bukan tim nasional (timnas) Indonesia yang selangkah lagi juara.
Juara. Ya, juara. Ini kan yang pastinya diinginkan oleh 200 juta lebih rakyat Indonesia? Gelar “jawara” se-ASEAN yang digelar sejak 1996 (waktu itu benama Piala Tiger) hingga sekarang belum sekalipun trofinya bisa kita bawa pulang.
Ini saatnya bawa pulang itu piala. Piala itu memang hanya sekadar trofi berwarna emas yang jadi simbolis pemenang Piala AFF. Tapi maknanya akan sangat luar biasa - seandainya harapan kita semua terwujud.
Mengingat situasi politik nasional yang masih panas dan pemerintah tengah gencar-gencarnya menggalakkan arti Bhinneka Tunggal Ika agar NKRI tetap utuh Boaz Salossa Cs turut melakoninya dari rumput hijau.
Sejak masa pergerakan di negeri kita, sepakbola sendiri jadi pemersatu pemuda kala kolonialisme Hindia Belanda masih bercokol. Kini, sepakbola kembali jadi “obat” terbaik bagi nasionalisme dan kebhinekaan kita.
Perjuangan mereka amat heroik sejak fase awal. Sempat tak diunggulkan, “Tim Garuda” pun hampir tak bisa lolos dari grup neraka yang dihuni Singapura, Filipina dan Thailand.