Soal karakter keduanya Matthäus punya opini pribadi. Terlebih saat masih merumput dan berseragam Inter Milan, Matthäus pun pernah beberapa kali beradu skill di tengah lapangan, baik dengan Guardiola maupun Ancelotti yang kala itu masih bermain di AC Milan.
“Ancelotti punya kepribadian untuk memimpin sebuha tim. Saya sendiri pernah bermain melawan keduanya. Tapi yang paling terkesan adalah saat bertemu Ancelotti di laga (Derby della Madonnina) Inter Milan vs AC Milan,” ungkap Matthäus.
“Dia (Ancelotti) memang tidak cepat (pergerakannya di lapangan). Namun dia powerful. Tembakannya juga hebat,” lanjutnya, Kamis (18/8/2016).
Soal karakter melatih pun, Matthäus masih menilai Ancelotti lebih unggul dari Guardiola. Selain menang pengalaman, Ancelotti punya karakter yang merangkul pemain dan juga fans.
“Guardiola kalah tiga kali di final DFL (Supercup). Tapi sekarang masanya Ancelotti. Fans memang menyukai Guardiola, tapi mereka tidak mencintainya,” imbuh Matthäus.
“Dia (Guardiola) orangnya tangguh, straight terhadap banyak hal. Namun tidak pernah merayakan kemenangan bersama fans. Beda dengan Ancelotti. Saya rasa fans (Bayern) akan mencintai Ancelotti,” tandasnya.
(Randy Wirayudha)