JAKARTA - Empat turnamen besar telah dituntaskan sejak pembekuan PSSI pada 2015 lalu. Mulai Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, Piala Gubernur Kaltim, sampai Piala Bhayangkara. Dari semua gelaran tersebut, ada satu yang menarik bagi saya.
Bukan siapa tim yang juara, bukan siapa pemain terbaik, bukan juga siapa penyelenggara turnamen. Satu hal yang paling paling inspiratif adalah regulasi turnamen yang mewajibkan tim memakai pemain U-21. Regulasi ini dipakai di Piala Jenderal Sudirman dan Piala Bhayangkara.
Di Piala Jenderal Sudirman, tiap tim diharuskan memakai dua pemain belia tapi tidak mengatur berapa menit mereka berada di lapangan. Regulasi ini masih memunculkan kelemahan karena banyak tim hanya menurunkan pemain mudanya beberapa menit saja di lapangan.
Peraturan yang sempat hilang di Piala Gubernur Kaltim, akhirnya dipakai lagi di Piala Bhayangkara. Di sini ada perbedaan aturan main. Walau hanya mengharuskan tim memakai satu pemain U-21, tapi pemain dengan kategori usia tersebut harus tetap ada di tim hingga laga usai.
Saya memandang regulasi ini sangat inspiratif dan layak diteruskan di kompetisi reguler. Sepak bola Indonesia sudah di ambang fajar setelah melewati masa kegelapan dan kompetisi pun sudah menyingsing. Saat yang tepat operator kompetisi memberikan sebuah sentuhan perubahan positif.