Ketidakstabilan politik di negara-negara tersebut juga berpengaruh pada keuangan. Saat masa jaya Uni Soviet dan Yugoslavia, negara di Eropa Timur banyak menganut komunis di sepakbola di mana setiap tim dan timnas mendapat kucuran dana penuh dari pemerintah.
Negara-negara tersebut tidak ada inisiatif untuk bekerja sama dengan pihak swasta. Oleh karena itu, saat negara mengalami konflik politik yang berimbas pada kolapsnya ekonomi negara, klub dan timnas menjadi kurang terurus.
Tidak jelasnya persepakbolaan di negara-negara tersebut membuat banyak pemain asal Eropa Timur yang melakukan eksodus bermain di negara-negara lain termasuk ke Eropa Barat. Terlebih di Eropa Barat, para pemain dapat mendapat gaji yang besar dan iklim sepakbola yang benar-benar baik.
Saat eksodus ini terjadi, negara-negara di Eropa Timur seringkali terlambat memanggil kembali pemain-pemain mereka untuk membela tim nasional. Alhasil, para pemain justru dibujuk untuk membela negara-negara Eropa Barat yang lebih terjamin sepakbolanya.
Contohnya saja Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri. Dua pemain ini merupakan pemain asli Kosovo yang memilih membela Swiss. Kemudian, Lazar Samardzic yang merupakan asli Serbia, tapi membela Jerman di kelompok usia. Masih banyak kasus serupa lainnya.
Itulah alasan mengapa negara di Eropa Timur susah juara Euro.
(Djanti Virantika)