Di sisi lain, pemilik klub IP GS yang juga merupakan Budayawan sunda dan mantan Ketua Harian Persib Bandung, Taufik Faturohman mengaku sangat menyayangkan dengan respon Deputi CEO PT PBB, Teddy Tjahjono yang hadir pada acara tersebut saat ditanya alasan mengubah hari jadi Persib Bandung.
“Tadi alasan Pak Teddy tidak masuk akal. Tadi oleh kita terdengar, pak Teddy agak kebingungan kenapa Persib tahun 1933 berdiri, sedangkan Persib ikut membidangi lahirnya PSSI tahun 1930. Kan yang berangkat ke Solo itu bukan Persib, bukan Persija, bukan Surabaya. Itu masih nama-nama ke Belanda. Dan baru tahun 1933 berdiri. Itu sudah terpatahkan,” kata Taufik.
Taufik bahkan sempat menghadiri perayaan hari jadi Persib Bandung di setiap tanggal 14 Maret. Menurutnya, tidak ada pihak yang keberatan mengenai hari jadi Persib Bandung pada tanggal tersebut.
“Berbeda seperti yang pak Teddy katakan banyak yang protes katanya (hari jadi 14 Maret 1933). Dan itu belum pernah saya rasakan. Sok siapa yang ada (protes) menghadap ke saya. Saya punya data,” tegasnya.
Taufik memastikan akan menerima perubahan hari jadi. Namun dia meminta hal itu tidak diberlakukan kepada Persib Bandung.
“Jadi kalau misalnya tetap dilaksanakan peresmian perubahan nama, silakan saja tapi jangan Persib. Udah aja BIVB, karena Persib dengan BIVB 1919 itu tidak nyambung. BIVB 1919 itu bubar tidak jelas ceritanya,” tambah Taufik.
“Jadi tolonglah kita hargai leluhur kita sesepuh kita. Yang namanya nama itu menang ngabubur berem ngabubur bodas (beras merah beras putih). Walaupun sama profesional, saya tidak percaya, karena penelitian gimana yang bayar,” kata Taufik.
Sementara itu, Deputi CEO PT PBB, Teddy Tjahjono memilih bungkam untuk mengomentari pernyataan yang dilontarkan 36 PS dan para tokoh sepak bola Bandung tersebut. "Tidak ada wawancara. No comment," kata Teddy.
(Rivan Nasri Rachman)