"Para penonton turun ke tengah lapangan, dan berusaha mencari para pemain untuk menanyakan kenapa sampai kalah, atau melampiaskan," ujar Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta di Mapolres Malang.
Masuknya beberapa suporter itu lantas mengawali tragedi Kanjuruhan. Sejatinya para suporter yang masuk awalnya tak membuat kerusuhan, namun pihak keamanan tentu harus bersikap untuk menjaga ketertiban dan keamanan para pemain di lapangan.
Pengusiran suporter dari lapangan awalnya berjalan mulus. Namun, beberapa suporter dari sisi tribun lainnya ikut turun dan kondisi pun semakin ricuh.
Polisi lantas melepaskan tembakkan gas air mata ke berbagai arah, termasuk ke tribun penonton yang masih ramai suporter. Gas air mata itu sontak membuat para suporter panik dan mencoba melarikan diri ke pintu keluar.
Ribuan orang berebut menuju pintu 10 dan 12 sehingga terjadi penumpukan menyebabkan tragedi yang menewaskan ratusan orang tersebut. Pada awal kejadian, data yang diumumkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sehari setelah kejadian, yakni 2 Oktober 2022, tercatat 125 orang meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Kendati demikian, sejauh ini dipastikan sudah ada 135 korban yang meninggal. Untuk mengusut kejadian yang sebenarnya terjadi di Stadion Kanjuruhan, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD mengatakan pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang akan dipimpin langsung oleh dirinya.