TAHUN 2025 yang semula diharapkan menjadi puncak kejayaan sepak bola Indonesia justru berubah menjadi periode yang kelam. Setelah mencatatkan berbagai sejarah manis di sepanjang 2024, performa Timnas Indonesia di semua kelompok umur merosot tajam di tahun ini.
Keputusan kontroversial PSSI memecat Shin Tae-yong di awal tahun serta penunjukan Patrick Kluivert dan gerbong pelatih Belandanya terbukti belum mampu menjawab ekspektasi tinggi publik Tanah Air.
Kegagalan yang paling menyesakkan dada para penggemar tentu saja adalah kegagalan Timnas Senior melaju ke Piala Dunia 2026. Meski sempat mencatatkan sejarah dengan menembus Putaran Keempat kualifikasi, langkah anak asuh Patrick Kluivert akhirnya terhenti.
Di bawah kendali eks bintang Barcelona tersebut, Timnas Indonesia hanya mampu memetik tiga kemenangan dari tujuh laga sepanjang tahun, termasuk kemenangan atas Bahrain, China, dan Taiwan di laga persahabatan.
Sayangnya, catatan positif itu tertutup oleh kekalahan-kekalahan telak dan hasil krusial yang negatif. Timnas Indonesia sempat dihajar Australia 1-5 dan digilas Jepang 0-6.
Puncaknya, di Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, Garuda harus mengubur mimpi besarnya setelah dipaksa menyerah 2-3 dari Arab Saudi dan kalah tipis 0-1 dari Irak. Hasil ini menempatkan Timnas Indonesia sebagai juru kunci grup dan memastikan penonton layar kaca hanya akan menjadi saksi tanpa partisipasi di panggung dunia tahun depan.
Tren negatif tim senior seolah menular ke tim kelompok usia di bawah asuhan para pelatih Belanda lainnya. Gerald Vanenburg, yang memegang kendali Timnas Indonesia U-23, gagal memenuhi target besar.
Dalam ajang Piala AFF U-23, Timnas Indonesia U-23 hanya mampu menjadi runner-up setelah kalah dari Vietnam. Kondisi semakin memburuk saat Timnas Indonesia U-23 gagal total di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 setelah kalah bersaing dengan Korea Selatan, sebuah penurunan drastis bagi tim yang tahun sebelumnya berstatus sebagai semifinalis Asia.