“Sementara itu, Indonesia mengambil pendekatan berbeda. Mereka memilih pemain-pemain keturunan Indonesia, sebagian besar dari Belanda. Malaysia justru belajar dari Indonesia, dan merekrut pemain dari Amerika Selatan seperti Argentina dan Brasil, tempat banyak bakat besar yang sulit bersaing di tim nasional mereka sendiri,” terangnya.
"Jika Malaysia hanya fokus pada hasil jangka pendek, Indonesia lebih memilih pendekatan jangka panjang dan berkelanjutan. Namun secara umum, pemain dari Malaysia dan Indonesia bermain sangat impresif dan kini menjadi ancaman bukan hanya bagi negara Asia Tenggara, tapi juga di level Asia,” lanjut Quang Huy.
Sebagai catatan, PSSI memang cukup gencar melakukan naturalisasi pemain dalam dua tahun terakhir ini. Langkah itu dilakukan sebagai pendekatan jangka panjang dalam mewujudkan Timnas Indonesia mendunia. Satu catatan penting, PSSI tidak akan memproses naturalisasi pemain yang tidak memiliki darah keturunan.
Sementara Malaysia, baru-baru ini menaturalisasi tujuh pemain baru dari benua Eropa dan Amerika Selatan. Pemain-pemain baru itu diketahui memiliki darah keturunan dan ada juga yang telah lama tinggal selama lima tahun di Negeri Jiran.
(Rivan Nasri Rachman)