Karier Jordi berlanjut ke Espanyol pada musim 2003-2004. Kemudian, dia berlabuh ke Metalurh Donetsk di Ukraina (2006-2008), sebelum akhirnya mengakhiri karier sebagai pemain di klub Malta, Valletta, pada 2010.
Jordi Cruyff memulai perjalanan sepakbolanya dengan melangkah ke akademi sepakbola Barcelona. Tumbuh dalam atmosfer sepakbola yang penuh gairah, ia belajar banyak dari sang ayah, Johan Cruyff, yang merupakan legenda di klub tersebut.
Meski demikian, Jordi Cruyff tidak langsung bermain di tim utama Barcelona. Ia lebih dulu memperkuat tim cadangan, Barcelona B.
Pada 1994, Jordi Cruyff mendapat kesempatan debut bersama tim utama Barcelona. Walaupun pada awalnya harus berjuang untuk mendapat tempat di starting XI, ia mulai menunjukkan kemampuan yang jempolan.
Ia menjadi bagian dari skuad utama Barca pada musim 1994-1995. Blaugrana juga dibantunya meraih gelar Supercopa de Espana.
Terakhir, ada Manchester United. Perjalanan karier dia sebagai pemain tak selalu mulus. Manchester United pernah memberikan memori buruk bagi Cruyff.
Alkisah, pada 1996, pemain berpostur 185 sentimeter itu diboyong ke Old Trafford dari Barcelona dalam usia 22 tahun. Jordi masuk gerbong rekrutan musim panas lainnya bersama Ole Gunnar Solskjaer, Ronny Johnsen, Karel Poborsky, dan Raimond van der Gouw.
Kepiawaian sang gelandang dalam melakoni berbagai peran di sepertiga akhir lapangan membuat kepincut pelatih legendaris Man United, Sir Alex Ferguson. Diharapkan jadi bintang baru United, Jordi justru meredup.
Gangguan cedera telah menghambat performa dia di The Red Devils. Jordi Cruyff tak bisa lagi mencapai standar penampilan top dan hanya mengemas 22 penampilan plus 3 gol pada musim debut bersama United.
(Djanti Virantika)