“Dan keluar dari pernyataan Patrick kalau tidak salah Timnas Indonesia merupakan tulang punggung masa depan, dia tidak mengatakan organisasi. Itu artinya dia ingin memahami kultur. Dan seorang pelatih harus paham kultur sebuah negara. Langkah awal ini bagus,” tegas Nurdin.
Pada kesempatan itu, Nurdin menyoroti kendala komunikasi yang kerap menjadi tantangan besar bagi pelatih asing di Indonesia, termasuk dalam situasi pertandingan. Ia mencontohkan pengalaman Shin Tae-yong, pendahulu Kluivert, yang terkendala saat memberi instruksi.
“Jadi setiap pelatih itu pasti sudah mengatur strategi dan taktik, apakah 4-3-3 atau 5-4-1 dan sebagainya. Pada saat itu, Shin Tae-yong yang tidak bisa berbahasa Indonesia menjelaskan kepada pemain dengan penerjemah. Namun ketika pemain di lapangan strategi yang sudah disampaikan tidak berjalan,” kata Nurdin.
“Dia strateginya sudah disampaikan waktu manajemen tidak berjalan dia ingin mengubah atau dia ingin memperkuat itu, komunikasi ini sudah terlambat,” tandasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)